Assalamualaikum :)
Postingan ini semacam curhat yaa. Ini tentang keinginan-keinginan kurang pantas yang seringkali saya minta kepada setiap orang. Setiap kali bertemu dan bercakap dengan orang, pasti saya selalu mengutarakan keinginan ini, meski tak melalui kata yang terucap. Eh salah... bukan hanya saat bertemu atau bercakap saja, tapi setiap saat. Coba bayangkan, bagaimana jika semua orang seperti saya?
Mungkin pembaca belum bisa membayangkan, karena saya belum memberitau keinginan-keinginan kurang pantas itu. Baiklah... ada beberapa keinginan yang saya utarakan kepada setiap orang, tapi tidak melalui kata yang terucap langsung. Beberapa diantaranya adalah :

  1. Hormati saya!
  2. Hargai saya!
  3. Perhatikan yang saya lakukan!
  4. Dengarkan yang saya ucapkan!
  5. Jangan marah kepada saya!
  6. Jangan potong kalimat saya!
  7. Senyumlah kepada saya!
  8. Sapa saya setiap kali bertemu!
  9. Berbuat baiklah kepada saya!
  10. Jangan cemberut di hadapan saya!

Oww...ternyata itu bukan keinginan, tapi perintah. Perintah kepada setiap orang yang saya kenal atau tidak. Setuju kalau saya ini orang yang tidak baik? Setuju untuk menjauhi saya saja daripada berteman dengan saya? Setuju? Itu wajar.
Saya memerintah setiap orang setiap saat dengan contoh kalimat seperti diatas. Apa? Jahat? Iyaa, saya memang jahat. Saya merasa tidak pantas untuk tidak dihormati, tidak dihargai, tidak diperhatikan dan lain sebagainya. Siapa saya? Pantas saya memerintah seperti itu? Saya merasa pantas-pantas saja. Apa yang membuat saya tidak pantas? Tidak ada! Saya pantas memerintahkan hal-hal diatas kepada siapapun. Kepada teman, sahabat, semuanya.


Bagaimana anggapan pembaca jika orang yang dimaksud diatas benar-benar diri saya? Rasanya banyak yang akan bilang,”Anda jahat sekali” atau “Anda bukan orang yang baik” atau “Saya tidak mau kenal dengan Anda lagi”. Wah... bisa-bisa saya benar-benar akan sendiri. Tidak punya teman, sahabat, saudara. Enak? Jelas tidak enak.
Sayangnya, orang diatas memang saya. Tapi, betapa Allah Maha Baik. Dengan kepribadian tidak baik seperti ini, masih ada yang mau berteman, bersahabat dan bersaudara dengan saya. Dengan kepribadian yang jelek seperti ini, masih ada yang mau membantu saya ketika sedang mengalami kesulitan. Dengan kepribadian yang jelek ini, masih saja ada yang mau mendoakan saya. Betapa Allah Maha Besar.
Bagaimana dengan kawan-kawan semua? Seperti saya jugakah kepribadiannya? Saya yakin tidak ^^. Jika Anda bertemu dengan saya, tolong ajari saya cara untuk tidak menjadi orang yang menyebalkan seperti sekarang. Saya minta tolong untuk diajari. Karena rasanya belajar sendiri itu tidak enak. Terima kasih saya ucapkan sebelumnya atas kebersediaan Anda untuk mengajari saya menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih ;)



Assalamualaikum :)
Hari ini alhamdulillah saya senaaaaaaang sekali :D . Tanya kenapa? Saya, Siti (teman saya) dan Mas Riza (teman baru saya) menghadiri sebuah workshop entrepreneur yang diselenggarakan oleh Jarbis (Jaringan Bisnis) Indonesia. Workshop dengan tema “MINDSET for ENTREPRENEUR” yang akan berlangsung selama dua hari ini menghadirkan pembicara yang TOP. Mereka sudah cukup lama berpengalaman di bidang entrepreneur. Dan ajaibnya lagi, 8 pengusaha sibuk ini sama sekali tidak dibayar dengan uang. Semangat berbagi menguatkan langkah kaki mereka untuk sampai di Wisma Tamu (Jl. Pregolan Bundar 6-8 Surabaya). Saya hanya perlu membayar Rp. 175.000,- untuk sewa ruangan, makan, coffee break dan sertifikat. Seharusnya ini cukup bisa untuk membuat saya terjaga selama workshop berlangsung, tapi ternyata tidak. Astagfirullah....


Pembicara pertama yang membuka workshop ini adalah pendiri Jarbis. Beliau adalah Bapak Putu Darma Putra. Meski nama depannya Putu, tapi beliau adalah seorang muslim. Alhamdulillah. Bapak Putu membuka workshop ini sekaligus memberikan sedikit materi kepada peserta. Yang paling menarik dari bahasan beliau adalah map berikut :

Sumber gambar : Laptop Saya.

Contohnya begini. KEADAAN SAAT INI, saya sedang menghadiri sebuah workshop entrepreneur. Keadaan tersebut adalah hasil TINDAKAN / PERBUATAN saya bersepeda motor dari kosan menuju tempat. TINDAKAN / PERBUATAN tersebut adalah hasil dari KEPUTUSAN yang ada dalam MIND saya yang berupa KATA-KATA. Dan KATA-KATA yang kita buat sehari-hari akan menentukan NASIB kita di masa mendatang. Begitu kata Bapak Putu. Beliau lanjut menjelaskan bahwa map tersebut adalah berita baik sekaligus buruk bagi kita semua. Baik? Karena peserta tau dan bisa mulai untuk mengatur kata-kata yang digunakan setiap hari. Buruk karena tidak ada yang bisa disalahkan kecuali diri sendiri atas nasib yang menimpa kita dari dulu sampai sekarang. -_______-
Dunia ini berisi kata-kata. Tidak ada hal yang tidak terdiri dari kata. Ketika sadar bahwa dunia ini adalah kata-kata, maka tidak perlu sewot ketika kita diejek atau dihina oleh orang lain. Karena orang tersebut hanyalah berkata-kata. Dan kata-kata itu untuk didengar atau dibaca, bukan dirasakan. Sekali lagi BUKAN UNTUK DIRASAKAN. Misalnya ada yang bilang,”Kamu Gay”. Dia hanya mengucapkan sebuah kata yang terdiri dari 7 huruf : K, A, M, U, G, A, Y. Jadi, kenapa harus sewot, marah, jengkel, pengen mukul, dkk? Dia loh cuma berkata-kata saja :D . Begitu kata Pak Putu.
Dan paragraf terakhir ini akan saya tulis sebuah petuah :D . Sebagai mahasiswa dan orang dewasa, sudah seharusnya kita berpikir lebih “cerdas”. Apapun yang dikatakan oleh para pembicara tidak harus semuanya disetujui, harus diproses terlebih dahulu. Ilmu yang didapat dari para pengusaha sukses ini sebaiknya tidak diterima secara saklek atau benar-benar persis seperti yang telah disampaikan. Informasi tersebut lebih baik diolah sesuai dengan cara berpikir kita. Sehingga ketika ada ilmu lain yang mungkin tidak sama atau berlawanan dengan yang diberikan oleh mereka, tidak membuat kita bingung dan akhirnya stres (agak lebay yaa). Itu saja sih petuahnya :D. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wassalamualaikum :)





Assalamualaikum :)
Dalam keadaan yang kurang tepat sebenarnya untuk menulis, karena jurnal praktikum kimia belum selesai digarap, saya sungguh ingin menulis tentang seorang sahabat yang luar biasa menurut saya. Jika Anda bertanya kepada orang lain selain saya, mungkin saja dia akan mengatakan bahwa sahabat saya tersebut adalah orang biasa, tapi dia LUAR BIASA menurut saya.
www.wallcoo.com

Baru beberapa menit yang lalu saya berkunjung ke kosan seorang sahabat yang LUAR BIASA ini. Sebenarnya niat saya kesana adalah mengambil laptop yang kemarin saya titipkan dan bertanya tentang skema kerja praktikum. Alhamdulillah... Allah Maha Baiiiiiiikkk... saya mendapatkan pelajaran yang jelas sangat berharga dari sahabat baik saya ini. Sebelumnya dia pernah curhat bahwa dia sedang mengalami kesulitan ekonomi. Dia memang dari keluarga yang (mungkin) kurang mampu. Tapi, dia selalu bersyukur. Tidak seperti saya. Setelah saya bertanya, dia bilang bahwa dia hanya punya uang Rp. 10.000,-. Itupun untuk pulang hari Jum'at, sedangkan sekarang masih hari selasa. Sebenarnya dia punya uang Rp. 16.000,-. Jadi uang yang bisa dia gunakan untuk makan adalah Rp. 6.000,-. Dan dia berencana menggunakan uang tersebut untuk makan selama dua hari. Itu artinya Rp.3.000,- untuk sehari. Entahlah... apa yang bisa dia beli dengan uang segitu. Sebagai seorang sahabat yang baik (yeah...) saya menawarkan untuk mentraktirkan makan. Tapi, dia tidak mau. Sudah saya paksa, dia tetap dengan pendiriannya. Saya tanya alasannya, dia bilang masih mau mengarang jawabannya. -_____-
Sayang sekali yaa dia tidak mau mengatakan alasannya. Ketika saya pamit pulang, dia sedang ingin membaca buku Merry Riana (Mimpi Sejuta Dolar) yang ceritanya sama dengan keadaannya saat ini. Sebenarnya ingin menangis saat itu, tapi karena gengsi jadinya saya tahan saja. Meski sudah sampai di kosan, saya tetap tidak menangis. Saya tahan saja.
Lalu apa pelajaran yang saya dapatkan dari dia (sahabat saya)?
  1. Tidak mau merepotkan orang lain (hal ini sering saya lakukan).
Itu saja sih pelajarannya, tapi itu benar-benar memalukan diri saya yang selaluuuuuuu saja merepotkan orang lain. Rasanya semua orang sudah saya buat repot.
Saya adalah orang yang sering tergantung kepada orang lain. Saya tidak mau repot sendiri. Harus ada orang lain yang repot bersama saya, meskipun itu bukan urusannya. Sedangkan sahabat saya itu, sungguh dia tidak mau merepotkan saya. Padahal sudah saya tawarkan untuk berhutang dulu, karena jelas dia tidak mau jika ditraktir. Tapi, tetap saja dia tidak mau. Baiklah! Saya sudah cukup malu. Jadi saya akhiri saya tulisan ini. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum :D

Assalamualaikum :)
Ada sahabat saya yang bercerita ...
Saya merasa nyaman ketika dalam keadaan lemah, lapar, banyak masalah, dan dalam banyak keadaan yang tidak diinginkan banyak orang. Alasannya... keadaan tersebut membuat nafsu saya tidak meledak-ledak, membuat emosi saya tidak bisa naik (marah) dan yang paling saya suka adalah karena saya bisa lebih fokus pada bacaan sholat dalam keadaan yang tidak nyaman ini.
Hari ini saya belum makan nasi sama sekali. Saya hanya memakan roti tawar saja. Kenapa? Uang yang tersisa tidak cukup untuk membeli makan. Bagaimana makan untuk besok? Tanyakan pada Allah :) . Dalam keadaan yang sedikit tidak bertenaga ini, saya merasa lebih nyaman ketika sholat. Karena kondisi badan yang lemas, otak saya hanya mampu untuk fokus pada bacaan sholat, tidak bisa ngelantur kemana-mana. Saya senang :D .


http://muslima.co.id/pojok-kreatif/

Rasanya saya belum pernah berada dalam kondisi seperti ini. Umur saya sudah 19 tahun dan pastinya sudah merasakan sensai berpuasa saat bulan Ramadhan. Tapi, bulan-bulan penuh berkah itu rasanya lewat begitu saja. Saya tidak merasakan penderitaan mereka yang kelaparan meski saya sedang kelaparan saat berpuasa. Hari ini saya tidak berpuasa, hanya belum makan nasi dan hanya makan roti saja. Meski begitu, saya merasa (sedikit) bisa merasakan rasa lapar mereka yang harus mencari uang untuk makan saat itu juga. Mereka yang harus bekerja pada hari itu agar bisa makan pada hari itu juga. Hari lain? Ya mereka harus mencari di hari lain itu.
Ternyata saya belum bisa mandiri. Tanpa orang tua, mungkin bukan hanya hari ini, tapi bahkan tiap hari saya harus kepalaran karena belum bisa mencari uang secara mandiri. Saya tidak akan pernah menjadi seorang mahasiswa tanpa orang tua saya. Bahkan mungkin, saya tidak bisa hidup sampai sekarang tanpa orang tua saya. Tentu semuanya terjadi atas ijin Allah SWT. Hal ini benar-benar saya rasakan. Bukan hanya sekedar kata yang lewat di bibir, tapi juga melintas di hati.
Allah memang baik. Baiiiiiiikkk sekali. Saya tidak tau harus membalasnya dengan apa. Jujur sampai saat ini, saya belum bisa menjadi hamba kebanggaanNya. Belum benar-benar bisa ikhlas beribadah kepadaNya. Masih saja harapkan janji-janji manisNya. Surga, dan segala hal yang indah yang Dia janjikan. Saya, harus bisa! Menjadikan hamba yang baik, karena Dia, adalah Tuhan yang Maha Baik.

Dan dia mengakhiri ceritanya :)