Tau semua sama binatang landak kan? Kulit yang berduri menjadi ciri khasnya. Pertanyaan saya, bagaimana cara mereka berpelukan yaa? Bagaimana cara seorang ibu landak mengungkapkan rasa sayangnya melalui pelukan kepada anaknya?
***
Saat musim dingin, beberapa hewan melakukan aktivitas rutin tiap tahun yaitu hibernasi. Landak termasuk hewan yang tidak memiliki ritual tahunan seperti itu. Mereka biasanya mencari tempat untuk menghangatkan badan, misalnya di tempat-tempat yang sempit. Namun, hal itu tak berhasil membuat suasana semakin hangat. Bahkan sudah ada beberapa dari mereka yang mati kedinginan. Karena semakin lama jumlah mereka semakin sedikit, akhirnya mereka memutuskan untuk berpelukan agar dapat mengurangi rasa dingin yang sedari tadi berhasil menusuk-nusuk tulang mereka hingga terasa nyeri. Sayangnya, solusi tersebut malah membuat kulit mereka lecet terkena duri yang menempel pada tubuh temannya. Mereka mencoba mencari solusi lain sebelum lebih banyak lagi korban hawa dingin tersebut. Sayang sekali, satu-satunya cara agar mereka dapat bertahan hidup adalah dengan berpelukan, saling berdekatan satu sama lain. Mereka melakukannya sekalipun harus lecet-lecet. Mungkin mereka berpikir, "Mending lecet kayak gini daripada mati kedinginan". Langkah yang mereka ambil tepat sekali. Memilih untuk tetap berjamaah agar bisa terus melanjutkan kehidupan mereka masing-masing.
Kita sebagai umat Islam juga harusnya begitu. Sudah menjadi keniscayaan bahwa kita juga akan mengalami hal yang sama dengan landak. Dalam jama'ah, pastilah ada saja yang akan membuat hati kita lecet. Mungkin karena kesalahan teman atau lainnya. Namun, kita harus tetap berjamaah untuk mendapatkan pahala yang lebih besar dan manfaat yang tak kalah besarnya. Karena cita-cita kita, umat muslim, hanya dapat dicapai bersama-sama dengan jama'ah. Karena akan tetap ada pahala dan barokah sekalipun keputusan atau langkah-langkah yang diambil kurang atau tidak tepat, asalkan berjamaah :)

Surabaya
18 Muharram 1435

Sambil nungguin temen ngprint, ngomongin dosen yuuuk :p
Selama hidup kurang lebih dua tahun di jurusan ini, saya baru kemaren berkesempatan mengenal sosok dosen keren ini. Namanya Pak Refdinal, dosen biokimia ITS. Begitu ramah orangnya dan sepertinya akan menyenangkan jika bisa TA dengan beliau. Sayangnya sudah booking dosen lain #eh. Selain perawakannya yang menyenangkan, sepertinya hobi beliau ngutek-ngutek organisme mikroorganisme alias merekayasa genetikanya. Sepertinya bakal seru sekali :3
Hal yang membuat saya tertarik untuk membuat tulisan tentang beliau adalah kalimatnya waktu itu, "Saya suka sekali merekayasa gen bakteri". Yup! Lagi-lagi saya menemukan orang yang bekerja sesuai passion. Tidak akan terasa waktu yang kita lalui bersama kegiatan itu ketika kita benar-benar menyukainya. Pernahkah melihat anak kecil lelah bermain? Seperti itulah ketika kita sedang beraktivitas sesuai dengan passion. Waktu seakan berlalu begitu cepatnya. Energi juga seakan tak pernah habis saat itu. Saat kita sedang ber-passion ria :3

Surabaya
28 Dzulhijjah1434 H

Jika Anda bertanya, "Apa artinya?" Maka saya akan menjawab, "Ask google first!"
Hanya segelintir orang memilih hidup seperti ini. Orang-orang tertentu, bukan berarti dia hebat. Tergantung keberpihakannya, kepada kebenaran ataukah sebaliknya. Akan selalu orang-orang yang rela mati demi keberpihakannya pada kebenaran, karena orang-orang yang bersikap sebaliknya juga akan selaku ada. Dan saya percaya kebenaran selalu akan menang, cepat atau lambat. Sesuai dengan janji Allah SWT.
Orang-orang itu, yang memiliki prinsip 'Vivere Pericoloso' bukan berarti tak memiliki rasa takut. Justru rasa takut merasa lebih besar dari 'orang-orang biasa'. Bagi yang berpihak pada kebenaran, rasa takut mereka hanya untuk Allah SWT, bukan untuk hal-hal lain yang tidak perlu ditakuti. Sedangkan mereka yang berpihak pada kemungkaran, ketakutannya tak lebih baik dari orang rata-rata, bahkan mungkin lebih buruk.
Orang-orang yang memilih untuk bersikap berani itu, selalu memiliki alasan yang kuat untuk setiap pilihannya. Dengan begitu, mereka tak punya alasan untuk ragu. Selalu mantap dalam setiap langkahnya. Mewarnai hari-harinya dengan sikap yang sulit untuk dibelokkan.
Orang-orang itu yang memilih jalan berbahaya ini tak memiliki waktu untuk memikirkan hal-hal kecil. Mereka hidup bersahabat dengan masalah. Karena mereka hidup adalah masalah. Yang tidak merasa bermasalah pun sebenarnya juga punya masalah. Bahkan masalah lebih besar: tidak tau masalah yang sedang ia hadapi.
Orang-orang itu, tau yang mereka pilih. Juga tau resikonya. Karena itu mereka memilihnya. Berjuang dan berkorban untuknya. Mereka memiliki alasan untuk hidup.
Dan orang-orang itu, idealisme mereka, hanya Allah SWT yang bisa mengubahnya :)

Surabaya
Hari Sumpah Pemuda

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah note yang ditulis oleh seorang mbak keren. Kisah peperangan antara Ramawijaya dan Rahwana tersebut benar-benar membuat mata saya berbinar-binar. Banyak tokoh inspiratif dalam cerita itu. Merasa senasib dengan dua orang tokoh, maka saya akan membahasnya disini.
Dua orang tokoh keren itu bernama Trikala dan Kalasekti, anak pungut dari patih Prahasta yang hampir saja menjadi korban kemurkaan Rahwana. Trikala dan Kalasekti awalnya tidak memiliki kesaktian. Tetapi, ketika melawan angkara murka, dua gunung kembar dapat mereka gerakkan untuk menghimpit Rahwana. Merasa ada yang senasib dengan Trikala dan Kalasekti di awal cerita? :)
Ketika tak ada yang bisa dibanggakan dari diri ini, setidaknya kita tetap berbuat baik dan melawan kemurkaan. Mungkin saatnya nanti, kita akan bernasib sama seperti Trikala dan Kalasekti. Allah akan memberikan kekuatan itu kepada yang setia di jalanNya. Atau jika kekuatan itu tak jua datang, yakini saja bahwa kebaikan kita tak akan sia-sia. Kata Umar bin Khaththab, kita menang bukan karena jumlah ataupun kekuatan yang melebihi musuh kita. Namun karena dosa kita lebih sedikit daripada musuh. Jika dosa kita sama dengan musuh, lalu apa gunanya kita 'berperang'? Bukankah sebaiknya kita dan mereka bersulang untuk kehancuran dunia? Semoga kebaikan yang kita lakukan dapat mempertajam pedang para mujahidin itu. Semoga kebaikan yang kita lakukan dapat menjadi desir angin pengobat rasa sakit luka fisik mereka. Semoga kebaikan yang kita lakukan dapat sedikit membantu kemenangan kebenaran ini. Aamiin.
Karena tidak harus kita yang melakukannya langsung. Kegembiraan itu milik bersama, siapapun yang menjadi tokoh utamanya.

Surabaya 
Menjelang 26 Oktober 2013

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalamu’alaikum J
Mencoba sharing tentang kisah seorang ibu professional yang sangat menginspirasi.
Selama acara Halal Bihalal yang saya hadiri tadi pagi, saya memilih untuk menyibukkan diri dengan membaca artikel di group WA Mbak Fargam daripada mendengarkan ceramah dari ustadz-ustadz keren. Group diskusi Mukhajirin Anshar khusus membahas kemuslimahan tersebut memberikan saya banyak informasi. Tidak hanya terbatas pada informasi tentang muslimah saja, tapi juga informasi lainnya yang sangat bermanfaat. Yang paling membuat saya excited adalah postingan dari seorang muslimah tentang seorang ibu professional yang rela melepaskan peluangnya untuk menjadi seorang PNS untuk menjadi housewife seperti syarat yang diajukan oleh sang calon suami. Sekarang saja masih banyak yang menginginkan pekerjaan tersebut, apalagi jaman dahulu. Saya tidak tau tahun berapa, tetapi karena anak-anak ibu professional tersebut sudah ada yang kuliahdi luar negeri, jadi kita asumsikan saja ibu ini mengambil keputusan yang sangat tepat tersebut sekitar 20 tahun yang lalu, saat PNS benar-benar menjadi dambaan banyak orang Indonesia.
Seorang Ibu bernama Septi memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sejati (hehe) dan membuang peluang untuk menjadi PNS. Alhamdulillah keputusan tersebut bukan suatu kesalahan, karena dengan memutuskan untuk memusatkan perhatian ada keluarga, Ibu Septi berhasil mendidik tiga orang anak menjadi seseorang yang jempolan. Ketiga anak ini tidak pernah menikmati pendidikan formal. Keluarga menjadi pendidik utamanya. Tetapi, meski begitu mereka tetap bisa kuliah di Singapura dengan bermodal presentasi.
Anak pertama (lupa namanya, yang saya ingat seorang muslimah) berhasil kuliah di Singapura dengan bermodal presentasi dan menjadi seorang analis keuangan (kalau tidak salah). Saya lupa tentang anak pertama ini, tapi percaya deh. Anak ini adalah anak yang hebat (y)
Anak kedua juga seorang muslimah (lagi-lagi saya lupa namanya) adalah anak yang tidak bisa hidup tanpa susu. Di usinya yang masih 9 tahun, dia sudah mempunyai peternakan dengan jumlah sapi sebanyak 5000 ekor. Kereeennn… dia juga berhasil menyusul mbaknya kuliah di Singapura.
Anak ketiga yang paling ganteng mempunyai passion dalam hal menciptakan robot. Dia pernah membuat robot dari sampah dan sekarang aktif mengajar anak-anak kurang mampu (lagi-lagi kalau tidak salah) untuk belajar membuat robot dari sampah. Kereeennn…
Kok bisa yaa mereka jadi anak hebat seperti itu? Padahal kan tidak pernah sekolah formal yaa? Katanya sih mereka itu rutin berdiskusi setiap hari dengan pemilik perusahaan besar. Mereka rela kerja menjadi apa saja, termasuk office boy, dan tidak dibayar demi ilmu yang akan mereka dapatkan dari diskusi tersebut. Subhanallah…
Terus apa lagi rahasia si ibu professional ini? Yuk intip di www.ibuprofesional.com J
NB : Tolong jangan ditiru kebiasaan saya tidak mendengarkan ceramah seperti di atas yaa :D

Surabaya

3 Dzulqa’dah 1434 H
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum :)
Tulisan ini hanya mencoba untuk mereview informasi yang saya dapatkan dari sini. Agak miris juga masih ada yang nanya, “Kenapa ditolak kan sudah nggak ada bikini?” padahal sudah banyak tokoh yang mengeluarkan pendapatnya melalui media massa.
Indonesia lagi rame-ramenya 'ngomongin' Miss World. Sudah banyak individu maupun organisasi yang menolak digelarnya acara di Indonesia meskipun tidak sedikit juga yang mendukungnya. Pihak pro beralasan acara Internasional ini akan memberikan manfaat kepada Indonesia dari segi promosi pariwisata dan lain-lain. Beberapa pihak kontra setuju dengan hal ini, namu menurut mereka masih lebih banyak mudharatnya daripada manfaat yang bisa didapatkan oleh bangsa ini. Ada juga yang berpendapat bahwa mudharat yang akan didapatkan sudah pasti namun manfaat belum terlihat.
Bapak Hary Tanoesoedibjo bersama istri menjadi salah satu pihak penting dalam pelaksanaan acara ini karena menurut berita ajang kecantikan ini akan disiarkan secara langsung oleh MNCTV, sebuah perusahaan televisi Indonesia dengan Bapak Hary sebagai CEO. Istri bapak Hary, Ibu Liliana, bahkan menjadi 'model' salah satu iklan ajang ratu sejagad ini.
Beberapa hari yang lalu dalam sebuah aksi teatrikal di depan MNC Tower, Bapak Hary Tanoesoedibjo dihukum mati oleh ketua FPI, Habib Rizieq. Sedangkan istri HT mendapatkan surat dari MIUMI agar beliau tidak mengerahkan medianya untuk mendukung acara yang lebih banyak mengandung mudharat ini.
Menurut Dr. Daoed Yoesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1977-1982), ajang tersebut manipulasi dan dehumanisasi perempuan dalam iklan. Pihak yang akan diuntungkan dengan diselenggarakannya acara ini adalah pihak pebisnis karena perempuan dan media massa adalah alat yang paling efektif untuk meningkatkan minat beli masyarakat. Ya! Iklan dengan kemasan libido seperti ini akan lebih banyak menarik perhatian. Disinilah letak komersialisasi dan eksploitasi perempuan. Mereka dibayar untuk tampil di depan umum (televisi, majalah, dsb) menggunakan produk bisnis yang bahkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan perempuan karena tidak hanya perusahaan kosmetik yang akan menggunakan jasa mereka. Sudah sering kita lihat iklan-iklan di TV yang menggunakan perempuan sebagai daya tariknya meski produk tersebut tidak identik dengan perempuan.
Selain itu, ajang seperti ini hanya akan merendahkan martabat perempuan karena mereka lebih banyak dinilai dari segi kecantikannya daripada aspek lainnya. Kecantikan perempuan menjadi lebih sempit maknanya karena dibatasi oleh kecantikan fisik saja. Kami para perempuan akan semakin beranggapan bahwa jika ingin dihargai banyak orang harus terlihat cantik secara fisik, masalah kepribadian itu urusan belakangan. Padahal cantik itu begitu luas pengertiannya dan yang paling utama adalah kecantikan hatinya :3
Menurut perkembangan terbaru, pihak penyelenggara ajang ratu sejagad ini akan merevisi surat perijinannya. Mereka tidak akan meenyelenggarakan acara ini di luar pulau Bali. Acara full akan diselenggarakan di pulau dewata tersebut dari tanggal 8-28 September 2013. Demi terselenggarakannya acara ini, panitia telah mengubah setidaknya dua hal dari rencana awal: Bikini diganti dengan sarung Bali dan tempat pelaksanaan acara. Meski mayoritas penduduk pulau Bali adalah Hindu (karena memang mayoritas pihak kontra beranggapan bahwa yang paling tidak suka dengan acara ini adalah pemeluk Islam) tetap saja seharusnya ajang ini tidak diselenggarakan. Karena tidak hanya berkaitan dengan agam, tetapi etika juga. Mau ta perempuan dijadikan salah satu objek pariwisata? :)
Eh ada usul ini dari salah mbak di kampus saya. Bagaimana kalau ajang tersebut diganti dengan ajang "Mas World"? 


Surabaya

2 Dzulqa'dah 1434 H
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum :)
Kali ini saya akan mencoba untuk meresensi buku berjudul “Sudahkah Kita Tarbiyah?”. Penulis bernama Eko Novianto. Seorang ikhwan yang bercita-cita menjadi orang biasa ini lahir di kota Bondowoso 44 tahun yang lalu. Buku ini diterbitkan oleh Era Intermedia pada tahun 2010. Alhamdulillah buku ini tidak terlalu tebal sehingga cocok untuk yang malas baca buku seperti saya :p


Secara keseluruhan, buku ini mencoba menjawab pertanyaan dari penulisnya, ”Sudahkah Kita Tarbiyah?”. 22 bab dalam buku ini akan memberikan jawaban kepada kita Tentang Sebuah Tanya, “Sudahkah Kita Tarbiyah?”. Dalam bab pertama, penulis mencoba untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang sekaligus menjadi judul dari buku ini. Ciri-ciri seseorang yang telah tertarbiyah seperti terbuka terhadap perubahan, mampu bersikap tegas dan menghindarkan diri dari sikap agresif dan lain sebagainya dijelaskan dalam bab ini. Sedangkan pada bab-bab selanjutnya, penulis mencoba untuk menguraikan tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh seorang da'i, cara mewaspadai futur, cara mentoleransi kesalahan para kader dakwah, menghadapi perbedaan yang sudah menjadi keniscayaan dalam sebuah organisasi dakwah, pentingnya menjadi penyimak yang efektif, mengendalikan individualisme, menjadi murabbi sekaligus qadi bagi mutarabbinya, beberapa puisi tentang kondisi 'kita' saat ini, tentang optimisme, kebutuhan akan seorang pemimpin yang karismatik, kemampuan analisa isu agar tidak terjadi perpecahan umat, dan terakhir tentang perubahan yang memerlukan kesederhanaan.
Kalimat yang dirangkai oleh penulis tergolong ringan sehingga tidak terlalu sulit untuk dicerna oleh pembaca—seperti saya. Sayangnya ada beberapa kata dalam bahasa Arab yang mungkin asing bagi sebagian orang. Memang beberapa kata dalam bahasa Arab tersebut disertai dengan pengertian, tetapi tidak sedikit yang dibiarkan begitu saja tanpa penjelasan. Akan sulit bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan bahasa Arab untuk mengerti maksud dari penulis dalam beberapa kalimat. Memang ada murabbi yang bisa menjelaskan arti beberapa kata tersebut, tapi bagaimana dengan yang belum punya murabbi?
Buku ini penting bagi kita yang sedang menjadi mutarabbi sekaligus murabbi. Penting bagi evaluasi diri kita sehingga bisa menentukan langkah selanjutnya agar tidak ada kesia-siaan dalam liqa' pekanan kita.
Buku ini tergolong sulit dicari mungkin karena cetakan lama atau penulis yang belum dikenal banyak pembaca. Di beberapa toko buku di Surabaya tidak tersedia. Saya mendapatkan buku ini dari Toko Buku Hanan. Bagi yang ingin memiliki buku ini, coba deh kontak toko buku online tersebut.
Semoga bermanfaat dan selamat sore :)

Probolinggo

29 Syawal 1434 H
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum :)
Tanggal 29 Agustus 2013 diwarnai dengan acara pemilihan calon gubernur Jawa Timur. Empat calon gubernur bersama wakilnya telah siap untuk dipilih oleh masyarakat Jawa Timur. Kampanye telah dilakukan beberapa minggu yang lalu. Usaha untuk menarik hati masyarakat agar mereka terpilih sebagai 'pemenang' telah maksimal dilakukan. Hasilnya, tetap saja Dia yang menentukan.
Saya yang berasal dari Probolinggo mencoba untuk memberikan suara saya melalui TPS di salah satu desa di Surabaya. Bersama Hajar, saya bertanya kepada petugas.
Pak, saya dari Probolinggo. Bisa nggak pak saya milih disini?”.
Dengan tegas bapaknya menjawab, “Bisa mbak. Tapi, harus ada surat dari TPS asal dan juga surat C-6.” “Wah saya cuma bawa surat C-6 aja Pak.”
Kalau begitu kami minta maaf mbak. Tanpa surat itu kami tidak berani memberi ijin kepada mbak. Coba mbak ke kelurahan dan tanya bisa atau ndak mbak milih disini tanpa surat pindah tempat pemilihan tersebut.”
Oh iyaa pak. Saya coba tanya kesana dulu.”
(Percakapan tidak persis sama, tapi intinya sama kok)
Akhirnya saya kembali ke kos dan meminjam motor Mbak Yani kemudian pergi ke kelurahan. Saya bertanya kepada seorang bapak yang duduk sendirian di dalam kantor.
Assalamu'alaikum. Selamat siang, Pak.”
Wa'alaikumsalam. Iyaa selamat siang mbak. Ada apa?”
Begini pak...” (menjelaskan maksud kedatangan saya)
Oh begitu. Sebentar yaa saya tanyakan dulu mbak.”
Iyaa pak.”
Beberapa menit berlalu akhirnya kelar juga bapaknya nelpon atasannya.
Katanya begini mbak. Pemilih yang berasal dari daerah lain diharuskan memiliki surat pindah tempat pemilihan yaitu surat A-8 dan juga surat C-6. Penggunaan KTP untuk penduduk yang tidak masuk dalam daftar pemilih tetap bisa menggunakan KTP tetapi harus memilih di daerahnya sendiri. Jadi, saya minta maaf mbak. Memang hak kita ini dibatasi oleh peraturan yang berlaku. Saya tidak berani mengambil keputusan sendiri. Jadi, sekali lagi maaf yaa mbak.”
Oh iyaa pak. Tidak apa-apa. Saya permisi dulu pak. Terima kasih.”
Iyaa mbak. Sama-sama.”
Begitulah usaha saya untuk tidak menjadi golongan putih pada pemilihan pilkada tahun ini. Percayalah, saya benar-benar ingin menggunakan hak pilih ini. Namun, apa daya. Benar kata bapaknya tadi, hak kita memang terkadang dibatasi oleh peraturan yang berlaku. FYI, ini baru pertama kali saya golput di pemilihan umum yang diadakan oleh KPU Indonesia (Karena emang baru menjadi pemilih tetap hehe). Semoga kejadian ini tidak terulang lagi. Aamiin

Probolinggo

29 Syawal 1434 H
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Beberapa jam yang lalu saya membaca sebuah berita di Antara News tentang seorang pemuda berbakat bernama Sweta Kartika yang menolak empat penawaran dari sebuah perusahaan untuk membukukan karya komiknya yang ia posting di akun facebooknya berjudul 'Grey dan Jingga'. Sebuah cerita cinta antara seorang cewek bernama Jingga penyuka warna abu-abu tua dan pemuda yang pandai bermain gitar bernama Grey si penyuka warna oranye. Komik ini diterbitkan secara berkala setiap hari Senin dan Kamis dan telah berhasil mengundang banyak komentar dari para penggemarnya. Lengkap sama lagu-lagunya juga lho~ :)
Alasan penolakan tersebut adalah rencana jangka panjangnya. Pertama, dia ingin menjaring banyak pembaca dan membangun basis penggemar karya komiknya terlebih dahulu dengan menawarkannya ke penerbit majalah. Baru setelah karyanya dikenal lebih banyak orang, dia akan menerbitkannya dalam bentuk komik. Rencana yang bagus bung :)
Seharusnya saya bisa belajar banyak hal dari Mas Sweta. Meraih impian itu memerlukan kesabaran dan rencana yang matang. Berkarya berdasarkan passion akan membantu kita untuk menikmati semua proses menuju terwujudnya impian tersebut. Karena waktu yang kita habiskan untuk melalui semua tahapnya akan terasa seperti 'bermain'. Tidak akan terasa bekerja saat melakukannya. Berlatih setiap hari akan membantu kita mewujudkan impian tersebut lebih cepat karena kemampuan kita yang akan terus bertambah setiap hari.
Bagi yang suka status inspiratif, status-statusnya Mas Sweta bisa nih dijadikan koleksi. :3
Ini salah satu status beliau favorit saya.
Selamat berkarya! Keep hamasah~ :)

Probolinggo

13 Syawal 1434 H
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Baru saja membaca sebuah note facebook keren yang ditulis Mbak Yusfin “Ribuan Kilometer dari Jawa”. Beliau sedang melaksanakan KP di Bontang. Ramadhan dan Ied dihabiskan disana. Meski jauh dari keluarga, mereka (Mbak Yusfin dan dua orang temannya) sepertinya tidak akan merasa sendiri. Dari tulisan beliau, banyak orang-orang sholih dan sholihah yang siap menggantikan peran keluarga dan saudara saat lebaran tiba, meski mereka tidak akan tergantikan.
Lingkungan yang begitu kondusif tergambar dari tulisan beliau. Lingkungan yang menambah ketaatan kepada Rabbnya. Tak heran jika kekerenan beliau akan semakin bertambah sekembalinya dari KP tersebut. Yang keren makin keren (Mbak Yusfin). Yang nggak keren makin nggak keren (Saya T.T).
Ini dia notenya, semoga bermanfaat.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Kubuka catatan mimpi yang bahkan aku lupa kapan pastinya aku tuliskan. Tapi dengan segera aku berdecak kagum. Empat mimpi terwujud sempurna, lima lainnya sudah tercapai setengahnya, dan satu lagi diganti dengan yang jauh lebih baik.
Ingin meloncat-loncat layaknya anak kecil kegirangan sesaat setelah mendapat telpon dari kode yang asing, +62548. Bukan Surabaya, bukan Jombang pastinya, dan bukan pula Jakarta. Ya, itu kode dari pulau seberang, Kalimantan. Proposal Kerja Praktek yang di akhir semester lalu kami kirimkan, terjawab sudah. Tidak terbayang bagaimana rasanya di sana. Tidak mengenal siapa-siapa dan belum tahu harus berbekal apa. Yang ada hanya bahagia karena kami lebih dimudahkan daripada teman-teman yang masih saja menunggu jawaban. Satu mimpi yang jauh lebih baik itu adalah Kerja Praktek di Bontang. Pada catatan mimpi itu tertulis tujuan KP yang lain.
Setelah berburu tiket murah dan informasi tempat tujuan, singkat cerita saya, Rani, dan Yunus berangkat dari bandara Juanda Surabaya tanggal 9 Juli 2013. Dengan diantar ibu saya dan sopir taxi yang sangat lantang mengucap “Bismillah” setiap kali gas akan diinjak, serta menuturkan banyak pesan untuk tiga penumpang wanitanya itu, tentang keamanan di jalan raya. Pertama kali naik pesawat, melihat tanah tak berpenghuni di pulau Madura masih luas terhampar, batas laut yang nampak jelas hijau-birunya, awan putih berarak di bawah kami dan ada kalanya hanya putih bersih yang nampak dari jendela, seperti sedang berada di alam yang lain. Tak sampai dua jam, tibalah kami di Balikpapan. Persis waktu perjalanan ibu Surabaya-Jombang. Setelah itu kami meluncur ke Bontang.
Hari-hari kami dipenuhi dengan agenda full days Central Control Room pabrik. Bus dari kantor KIE ke pabrik tersedia antara pukul 6.50-7.30 WITA, sehingga kami harus bergegas melepaskan diri dari iklim Surabaya yang satu jam lebih lambat dari sini. Pulang jam 16.00 WITA dengan tempat pemberhentian yang sama. Pulang pergi lewat jalan tembus dengan hutan di kanan kirinya. Selama di pabrik, kami harus berusaha mendapatkan pelajaran, bertanya, membaca, berdiskusi, mengamati. Bahwa beginilah nantinya seorangEngineer akan bekerja. Pak Murchami, Pak Budi, Mbak Irene, Mas Iqbal, Mas Robby yang dengan jelas memberikan gambaran itu lewat keseharian di ruangan Process Engineening(PE) dan meeting tiap pagi.
Kami belajar bahwa dengan kebersamaan yang hangatlah kita bisa bertahan dalam tekanan belasan tahun. Bahwa untuk mendapatkan manfaat yang besar, resiko yang tinggi tidak bisa dihindari. Kita justru harus berpikir keras, bersiaga, dan bekerjasama agar manfaat itu akan terus menerus dapat dihasilkan. Dengan keistiqomahan menjaga stabilitas sistem, kesungguhan memperbaiki setiap kesalahan kecil yang muncul dengan bersegera. Karena jika  menundanya, resiko besar itu akan membinasakan kita. Bapak-bapak operasi di ruang DCS yang tetap riang di tengah ancaman ledakan, kebocoran, dan ketidakamanan yang lain. Pak Panca yang supel dan lebih nyaman memanggil saya ‘Ndari’ (asal ucap aja awalnya), Pak Gatot yang alim banget (ternyata ketua panitia I’tikaf Baiturrahman), Pak Slamet yang penuh petuah, Pak Sys yang telaten menjelaskan, Pak Isjono yang selalu menggunakan bahasa Jawa, Pak Sudarko yang mengantar kami ke puncak menara primary reformer, Pak Sarjuki yang mengkhawatirkan kami hingga tidak bersedia menapak CO2stripper, pak Meki yang akrab sekali dengan kami, Pak Imam Maarif, bapak manager operasi yang memperlakukan kami seperti murid kesayangan, serta bapak-bapak baik lain yang sangat bahagia saat membagi ilmunya bersama kami. Oya, senang juga dapat menikmati fasilitas kursi pijat, pijat kaki berputar, dan tensi digitalnya. Berasa DCS rumah sendiri.
Tentang keluarga baru selepas dari pabrik, Bu Erna dan Pak Zainal yang senantiasa menyediakan pelayanan terbaik bagi tamu dua bulannya ini. Padahal membayar pun tidak, justru kami yang terus menerus menerima sebentuk kasih sayang dari orang tua yang sebelumnya sama sekali tidak kami kenal ini. Tentang teman seperjuangan yang 24 jam tidak terpisahkan. Satu kamar, satu motor, satu meja dalam ruangan PE. Saya belajar banyak dari Rani, tentang bagaimana seharusnya bertahan. Bagaimana menata segala hal yang nampak remeh tapi akan jadi masalah jika dibiarkan. Bagaimana kita harus sigap dan tanggap agar tidak tertinggal. Tanpa panggilan ibu, tanpa bantuan ibu yang biasanya saya dapat tanpa diminta. Yunus (Aceng) yang nerimo banget sama keadaannya. Qanaahnya luar biasa. Ditinggal partner KP tiba-tiba, hidup sendiri di rumah kosong ‘tama’nya (tantenya). Sudah cowok sendiri di antara kami, masak-masak sendiri, cuci baju sendiri, segala sendiri. Semangat ceng! Pulang ke Surabaya kamu bakal jadi kebanggaan mama.
Tentang semangat untuk memperbaiki diri seorang gadis belia yang masih terbata bacaan Al Qurannya. Dia memutuskan berhijrah di usia yang masih sangat muda dengan kemauannya sendiri setelah pulang dari sebuah pengajian di Loktuan. Dia menyempurnakan hijabnya, mencari saudara yang bisa membimbingnya. Islami Putri Wulandari, persis usianya dengan adik kedua saya. Pun sangat indah namanya. Pasti ibunya sangat bahagia melihat dia yang sekarang, yang menjadi jawaban atas doanya saat menuliskan nama bagi putri kecilnya itu.
Tentang 10 hari terakhir Ramadhan di Baiturrahman. Ibu-ibu tangguh yang menjadi teman kami sehari-hari. Bu Juju dengan empat putra-putrinya yang kecil-kecil. Seorang ibu yang tersenyum sepanjang waktu, bahkan saat Tsaqif sedang menangis rewel. Tidak tahan melihat pesona ibu ini, auranya memancar kemana-mana. Bu Siti Alfiah, ibunda Nibraz kecil dan Nayla. Sungguh khas tangisan Nayla, sehingga ibunya tak ragu berlari selepas salam untuk menjemput putrinya itu. Bu Dwi, ibu cantik yang senantiasa hangat menyapa kami, tidak peduli dia berada dan kami sederhana. Bu Mud, ibu mungil yang senantiasa terisak dalam setiap witir berjamaah, saat doa sapu jagad diucap, saat saudara-saudara di Palestina, Mesir, Syria, dan mujahid-mujahid lain di belahan dunia didoakan. Ibunya Syifa, yang seringkali berada di samping saya dalam shaf, yang dengan sabar membiarkan Syifa berayun di pundaknya saat bangun dari sujud dan kembali sujud, atau menggendong Syifa sambil ruku, agar putrinya itu senang, tetap tenang saat ibundanya sedang sholat. Bu Atin, yang menunjukkan kemahirannya menarik perhatian puluhan anak yang sebelumnya ramai berlarian, yang dengan mantap memberikan Hanifah yang seringkali meraih tangan saya begitu tatapan kami bertemu, lalu berpindah dari dekapan bundanya untuk dititipkan ke saya.
Bocah-bocah I’tikaf di bawah kepemimpinan Nibraz besar dan Fitri yang menghabiskan sepuluh hari mereka dengan ceria, setiap hari menciptakan episode yang berbeda. Sangat kreatif dan terstruktur. Kagum sekali pada episode dokter-dokteran. Andai saya bisa merekam semuanya. Mungkin kalianlah ‘generasi yang hilang’.
Tentang barisan dengan nyala obor layaknya belasan tahun yang lalu. Satu mahasiswi berjaket “GEMA LINCAH ISLAMI” dan satu lagi “LDJ ITS BERAKSI” menyusup di tengah barisan anak-anak yang riang mengumandangkan takbir keliling pemukiman, merebut perhatian warga sekitar. Kembang api warna-warni terus bersahutan, berebut ingin dipandang.
Tentang Idul Fitri tanpa ibu dan adik Nisa di samping saya. Tiba-tiba sesak saat mendengar adik Fajar sedang sungkem sama ibu, saat mendengar suara Bapak yang selalu tidak tahu harus berucap apa di depan putrinya, suara riang adik Nisa yang saya masih tidak percaya bahwa dia sudah kelas dua SMA. Terputus, kemudian terdengar lagi suara Budhe yang bahkan mungkin lupa bahwa saya hanya keponakannya, bukan putrinya, sehingga kasih sayangnya sama. Pun budhe dan kakak sepupu dari Kediri yang setia berpetuah demi kebaikan masa depan saya.
Tentang kawan seangkatan yang sangat terasa maknanya ketika nasib kami sama. Makan, berrally motor seharian, menetap di kamar dan berebut perhatian Dimas –adik mantan komting kami yang rumahnya Bontang- yang saat pulang cukup susah beranjak dari pangkuan saya sebelum akhirnya diambil ‘paksa’ oleh kakaknya. Lebaran tanpa keluarga tetap hangat karena ada kalian.
Tentang keluarga di rumah impian. Mas Iqbal, senior kami dari Teknik Kimia ITS beserta mbak Ayu yang menjadi bukti bahwa perempuan baik pasti dipertemukan dengan laki-laki yang baik, walau sebelumnya terpisah jarak ribuan kilometer. Buku hadiah pernikahan mereka yang baru ada di tangan saya saat si Birru sudah berumur delapan bulan sangat sarat hikmah. Dari sana saya belajar bahwa hikmah itu akan terus mengalir selama kita hidup. Sangat sayang jika dia tidak disimpan dalam bentuk tulisan. Bahwa menjadi ibu adalah tugas besar yang harus disiapkan matang-matang jauh sebelum seorang wanita ‘diminta’. Bahwa rumah adalah tempat berangkat dan kembali yang terbaik.
Tentang Dona Windy Astuti, muslimah yang baik hatinya. Mungkin jika mengenalnya lebih awal, saya akan sangat nyaman berlama-lama dengannya. Seseorang yang mengajari kebaikan-kebaikan dengan sederhana namun membekas, yang setiap ucapan dan tindakannya jauh dari menyakiti, bahagia ketika temannya bahagia. Namun saya hanya bisa mengenangnya lewat tulisan Mas Iqbal, teman kuliah yang mengabadikan nama dan kisahnya. Andai saya bertemu lebih dulu sebelum dia berpulang. Mungkin Allah ingin dia lebih terjaga di sisiNya sehingga memanggilnya lebih awal. Betapa manisnya.
Bontang. Kota kecil yang membuat saya takut. Takut lambat laun akan jatuh cinta padanya dan enggan kembali. Di sini, di ribuan kilometer dari rumah dan kehidupan saya di Jawa, saya yakin masih banyak hikmah yang belum tersingkap. Separuh jalan lagi, dan saya akan terus mencari. Kepadanya saya berjanji, tidak akan pulang ke Jawa dengan tangan hampa.
Untuk Mbak Mia, yang rela meminjami rumah keduanya untuk kami dengan cuma-cuma. Mbak Tyzha, yang merelakan motor kesayangannya kami ajak berkelana, ayah ibunya mbak Tyzha yang ramah tak terkira, dan banyak orang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu jasanya, terima kasih banyak. Cukuplah Allah yang menyediakan penggantinya untuk kalian, karena kami tak punya apa-apa yang layak diberikan.
Ya Allah, sungguh angkuh jika kami merasa lebih tahu dariMu, karena sangat benar adanya bahwa Engkau Maha Mengatur setiap kejadian. Jika semut tak Kau biarkan kelaparan, bagaimana mungkin Engkau diam sehingga kami terlantar?
Ya Allah, mohon tunjukkan yang terbaik bagi kami. Kami tidak tahu, sedangkan Engkau tahu. Hamba akan percaya sepenuhnya.

Maaf belum sempat terucap kemarin, Taqabbalallaahu minna wa minkum, shiyaamana wa shiyaamakum. Mungkin lebih banyak salah ketimbang manfaat yang saya bagi, mohon maaf kepada teman-teman yang menyempatkan diri untuk membaca ini. Karena Allah sudah mempercayakan ampunanNya atas kesalahan di antara kita melalui maaf yang ikhlas.

Selamat Idul Fitri 1434 Hijriah. Semoga kebaikan Ramadhan tetap terjaga hingga Ramadhan berikutnya (jika masih bertemu Ramadhan tahun depan). :)

Salam.
Bontang, 09072013-09082013
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah membaca note ini saya berharap bisa berKP ria di sebuah lingkungan yang tidak sekondusif itu. Sehingga bisa mengukur seberapa kuat iman saya ketika dihadapkan dengan lingkungan yang 'tidak biasa'. Tapi, mimpi tinggallah mimpi. Di rumah saja, iman saya turun drastis. Padahal lingkungan sekitar biasa-biasa saja. Hanya karena tidak ada kegiatan alias nganggur nggak karuan, diri semakin malas beribadah. Mana mungkin saya bisa tahan di lingkungan 'tidak biasa'. Huffttt... T.T

Probolinggo
3 Syawal 1434 H
Adapted from Syifa's note :)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
dikopas dari pribadibermanfaat.blogspot
Allah nggak pernah menelantarkan hambaNya kok, tenang ajaa..

SELALU ADA JALAN KELUAR oleh Syaikh DR. Aidh Bin Abdullah Al Qarni

Suatu masalah itu jika menyempit, maka tabiatnya ia menjadi meluas. Jika tali ditarik keras-keras, ia akan terputus. Jika malam semakin gelap, pertanda akan muncul fajar. Itulah sunnah kehidupan yang sudah dan terus berlaku. Itulah hikmah yang pasti terjadi. Maka, relakanlah jiwamu untuk meridhoi kondisinya. Karena, setelah kehausan pasti akan ada air. Setelah musim semi akan datang musim penghujan.

Mungkin saja betapa banyak kesedihan yang engkau keluhkan. Tapi permudahlah urusanmu. Lapangkanlah pikiranmu. Tidakkah engkau membaca firman Allah SWT " Alam nasyrah laka sadrak...." ( Bukankah kami lapangkan dadamu ). Tidakkah engkau berbahagia karena di dunia ini masih terhampar banyak harapan. Di dunia ini masih banyak kemudahan.

Wahai yang berkeluh tentang banyak urusan. Lalu menjalani hidup serasa dalam kurungan. Sementara air matanya terus mengalir karena sedih. Sesungguhnya dalam pakaian Yusuf AS terdapat obat yang menyembuhkan kebutaan dua mata Ya'kub AS. Sesungguhnya dalam air dingin yang diguyur kesekujur tubuh, adalah kesembuhan bagi penyakit yang di derita Ya'kub AS.

Untuk rasa sakit, ada kesembuhan. Untuk penyakit, ada obat. Untuk haus, ada air. Untuk kesulitan, ada kelapangan. Dalam kesempitan, ada kebahagiaan. Dalam gelap, pasti akan ada cahaya terang. Api yang menghimpit Ibrahim Al Khalil, bisa menjadi mudah dan dingin. Lautan di hadapan Musa AS bisa terbelah dan digunakan untuk berjalan. Yunus Bin Matta AS, akhirnya keluar dari tiga gulita, karena kasih sayang Allah Al Jaliil (Yang Maha Mulia ). Rasulullah Al Mukhtar ( yang Terpilih ) pernah berada di dalam gua, dikelilingi oleh para kuffar. Hingga berkata Abu Bakar Ash Shiddiq ra, " Sesungguhnya orang-orang kafir hanya berjarak beberapajengkal. Kami khawatir bila terjadi kehancuran. " Berkata Rasul sang pemilik keyakinan dengan penuh ketegasan, " Sesungguhnya Allah bersama kita. Dia mendengarkan kita. Dia melindungi kita. Sebagaimana Dia telah menghimpun kita.

Katakanlah kepada orang yang tenggelam dalam putus asa dan telah terjatuh. Kepada orang yang telah patah arang dan terpuruk. Kepada orang yang ternodai pemahamannya dalam masalah taqdir. Bekerjalah dan beramallah, sesungguhnya Allah SWT justru menurunkan hujan setelah manusia putus ada terhadap hujan.

Adalah Bilal pernah terkapar di atas tanah tandus, tapi dialah yang kemudian menaiki Ka'bah Baitullah untuk mengumandangkan seruan adzan. Dialah yang memperdengarkan bumi dengan suara langit. Adalah Yusuf AS pernah lama terpenjara di balik jeruji besi. Tapi kemudian ia bisa menjadi seorang Raja Mesir setelah Al Aziz. Adalah Umar Bin Khattab ra seorang penggembala kambing di Mekkah. Lalu dialah orang yang bisa menebarkan keadilan dalam masa kekuasaannya. Lalu namanya terpahat di baju besi. Lalu dia yang memotong tali pelanggaran. Lalu dia yang suaranya menggelegar menghentak penguasa tiran.

Allah SWT pasti akan menciptakan kemudahan setelah kesulitan. Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya pasti ada keadaan lain yang Allah berikan setelah kesulitan? Allah SWT yang mematahkan tali pengikat orang-orang yang terpenjara di jeruji para penguasa otoriter. Allah SWT yang akan menghapus air mata anak-anak yatim. Apakah engkau pernah melihat orangfaqir yang selamanya tidak mempunyai uang dan tidak bisa memenuhi kebutuhannya? Apakah engkau mendapati seorang tahanan selamanya berada di dalam penjara yang gelap? Tidak ada bencana yang terus menerus terjadi. Karena di sana ada Allah SWT Yang Maha Sendiri dan satu-satunya Tempat Meminta.

Siapapun yang melazimkan istighfar, maka Allah SWT akan menjadikan jalan keluar dari setiap kesulitannya. Allah SWT yang akan memberinya jalan penyesalan terhadap setiap kegundahannya. Laa HAULA Wa Laa Quwwata Illa Billah, tidak ada daya dan upaya kecuali Allah SWT. Dengan kalimat itu, segala beban mampu terpikul, semua kengerian bisa terlewati,seluruh keadaan bisa lebih baik, lebih melapangkan pikiran dan menambahkan rasa ridho kepada Allah Al Jalal.

Beritakanlah kegembiraan kepada malam, dengan datangnya waktu subuh yang menyapu gelap dari puncak gunung-gunung. Beritakanlah kegembiraan kepada musim semi dengan turunnya limpahan air hujan hingga air itu masuk ke sela-sela pasir. Beritakanlah kegembiraan kepada orang faqir dengan harta yang bisa mengusir kematian.

Ketahuilah, di setiap kesulitan itu ada jeda. Di setiap kebutuhan itu ada pertolongan. Sesungguhnya Allah SWT menghilangkan bencana dengan ketulusan do'a dan kebersihan harapan. Ketahuilah, himpitan dan kesulitan itu menghilangkan kesombongan dan terus menerus mendorong kepada dzikir, syukur dan kewaspadaan berpikir. Maka tenangkanlah hatimu jika kegalauan menerpamu. Lapangkanlah dadamu jika kesulitan menyerangmu. Janganputus asa terhadap apa yang telah terjadi dan telah hancur. Ketahuilah, karena tidak ada sesuatu yang abadi selama alam semesta ini berputar.

Semoga kesulitan menjadi lebih ringan bagimu, dan musibah bisa memberikan kebaikan untukmu. Jika hidupmu telah terhimpit dan tak ada lagi alas an yang bisa engkau angkat. Kembalilah kepada Allah SWT. Ketahuilah bahwa kesulitan tak pernah berlangsung terus menerus. Allah SWT pasti memandangmu dengan pandangan kasih dan sayang. Karena dunia ini tidak berada dalam satu keadaan. Karena dunia ini berwarna-warni dan beragam bentuknya. Tidak ada kengerian yang tak pernah selesai. Belenggu akan terbuka dan ikatan akan terlepas. Bersabarlah, berdo'alah dan nantikanlah jalan keluar dari Allah SWT. Ketahuilah, sesungguhnya kesulitan itu akan mampu membuka kejernihan telinga dan mata, serta menajamkan pikiran.Kesulitan bisa memberi hikmah dan pelajaran. Kesulitan mengajarkan kemampuan untuk memikul beban dan bertahan. Kesulitan menghapuskan dosa. Kesulitan memperbanyak pahala.

Maka, mintalah perlindungan dan pertolongan Allah SWT. Setiap musibah itu mempunyai tujuan. Berapa kali kita merasa takut, lalu kita berdo'a dan meminta kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT menyelamatkan dan melindungi kita. Berapa kali kita di lilit lapar, lalu Allah memberi makan dan minum untuk kita. Berapa kali kita diterpa kebimbangan dankeresahan, lalu Allah memberikan kebahagiaan dan kesenangan. Berapa kali kita terjerat dan kita hampir terjatuh dalam kehancuran. Kemudian Allah SWT memberikan jalan untuk bangkit dan berjalan.


Ketahuilah, engkau berhubungan dengan Yang Maha Lembut terhadap hamba-Nya. Yang Terkenal dengan Pemberiannya. Yang Maha Meberi untuk kebahagiaan hamba-Nya. Yang Maha Kuasa atas segala keinginan-Nya.
Surat Terbuka untuk Dr. Muhammad Mursi

Saudaraku yang mulia, Dr. Muhammad Mursi..

Aku ingin mengetahui, apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga Dia meringankan Anda dari tugas-tugas kenegaraan, menjadikan Anda bisa fokus beribadah kepada-Nya pada bulan Ramadhan yang mulia ini, dan menjadikan kami sibuk dengan Anda?

Aku ingin mengetahui, apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga doa-doa kemenangan, dukungan, dan taufik untuk Anda menjadi bagian doa yang sama-sama dilantunkan oleh umat Islam di setiap tempat?

Apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga Anda menjadi harapan bagi orang-orang yang lemah lagi tertindas di Palestina, Suria, dan negeri lainnya untuk bisa hidup merdeka dan mulia?

Apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga kekuatan-kekuatan jahat di muka bumi ini berkumpul untuk menyingkirkanmu dari tampuk kepemimpinan Mesir?

Apa rahasia antara Anda dan Allah, sehingga Dia mengujimu dalam usia yg sudah cukup lanjut dengan ujian penjara di jalan-Nya agar Anda mendapatkan ketenangan di dunia dan balasan kebaikan di akhirat?

Apa rahasia antara Anda dan Allah, sehingga Anda berubah dari hanya seorang dosen di Univesitas Zaqaziq, kemudian menjadi simbol kemerdekaan dunia di setiap tempat?

Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hamba-Mu, Muhammad Mursi, tidak menggunakan kekuasaan yang Engkau berikan kepadanya untuk menzhalimi makhluk ciptaan-Mu.

Ya Allah...jangan serahkan beliau kepada orang yang jahat. Jagalah ia dengan penjagaan-Mu dan naungilah ia dengan naungan-Mu.

Ya Allah, takdirkanlah kebaikan untuknya dan untuk kami dimana pun ia berada, kemudian jadikanlah kami ridha dengannya.

(Surat ini ditulis oleh seorang pendukung Presiden Muhammad Mursi, Seorang Presenter TV Misr 25, aktivis media Islam)



Sumber: facebook :)
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Mishr
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Filistiin
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Suriah
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Turqii
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Indunisiyya
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii kulli makaan wa fii kulli zamaan...

Sumber: Facebook temen :D
Setelah kembali ke toko pertama, saya baru sadar bahwa hape ketinggalan di salah satu kamar pas. Alhamdulillah... pas meriksa kamar pas tersebut ternyata hape tersayang sudah hilang!

* * *

Pergi bersama Ibu ke sebuah toko untuk membeli beberapa barang. Di toko pertama tidak ada barang yang pas dengan selera saya. Kemudian kami menuju toko kedua dan tidak ada juga. Di toko ketiga, alhamdulillah saya menemukan satu barang yang diperlukan dan sesuai selera. Karena barang lain yang diperlukan untuk melengkapinya ada di toko pertama, maka kembalilah kami ke toko tersebut. Alhamdulillah... ketemu. Seketika saya teringat hape ketika melihat sebuah kamar pas. Dan waktu itu hape saya tidak lagi di tangan. Berusaha tetap tenang ketika membuka kamar pas tersebut dengan harapan masih ada hape Nokia berwarna putih disana. Tapi ternyata tidak ada! Hilang! Masih berharap hape tersebut kembali, saya meminjam hape Ibu dan berusaha menelepon nomor hape saya. Tidak aktif! Alhamdulillah... sudah saya dapatkan kepastian itu. Hape saya hilang! Dan seketika kepala saya pening dan badan lemes. Astaghfirullah... segitu lemahnya badan—dan iman—saya. Zzzzzzzz.....
Beberapa menit ketika pusing sudah agak mendingan, saya berandai-andai menjadi warga negara Mesir, Suriah, Palestina atau negara Timur Tengah lainnya. Brrr..... bisa-bisa saya pingsan tiap hari. Dan sehari bisa lebih dari sepuluh kali. Rrrrrrrrrr.....
Pantaslah saya ditakdirkan hidup di Indonesia yang keadaannya—anggap saja meskipun kenyataannya tidak—aman tentram dan damai. Tidak ada bom, suara tembakan atau pembunuhan seperti negara sodara-sodara muslim saya di Timur Tengah sana. Cobaan kan sesuai dengan tingkat keimanan. Rrrrrrr.......

Allah tidak akan memberikan beban (taklif) kepada seseorang di luar batas kemampuannya.” (QS. Al Baqarah : 286)

...Jika dia sangat kuat dalam agamanya,maka sangat kuat pula ujian baginya, dan jika lemah dalam agamanya,di uji pula oleh Allah sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikian bala dan ujian itu senantiasa di timpahkan kepada seorang hamba sampai ia di biarkan berjalan di muka bumi tanpa dosa apapun” (HR. Tarmizi)

Probolinggo

20 Ramadhan 1434 H
Bersama legiun muslimin, Uqbah bin Nafi al-Fihri sebagai panglima perang bermaksud untuk mendirikan Ibukota Islam di al-Ifriqiyah. Suatu tempat berupa semak belukar di daerah pedalaman gurun pasir menjadi pilihan karena tidak mudah dicapai oleh kapal-kapal dan pasukan perang Romawi.
Namun tempat itu ternyata penuh dengan binatang buas seperti singa dan binatang gurun yang berbisa. Hal ini meyebabkan sebagian kaum muslimin menyatakan protes karena dianggap dapat membahayakan keselamatan mereka.
Mengetahui hal itu, panglima perang Uqbah bin Nafi mengumpulkan sahabat Rasul yang tergabung dalam pasukan tersebut. Didapatlah sebanyak 12 Sahabat Rasul, lalu mereka berseru, “Hai kalian singa dan binatang pengganggu, kami adalah Sahabat Nabinya Allah, karena itu maka tinggalkanlah kami! Dan jika kami menemukan siapa pun dari kalian disini, maka kami akan membunuhnya!”
Luar biasa! Gerombolan singa, srigala dan ular-ular membawa anak-anaknya dari tempat tersebut. Binatang-binatang ini bersama kelompoknya mengamankan kawanannya masing-masing ke daerah lain. Banyak orang Berber yang masuk Islam karena peristiwa ini.
Akhirnya, dibangunlah sebuah kota baru sebagai Ibukota al-Ifriqiyah yang diberi nama Qairawan dengan fasilitas yang cukup memadai. Kota ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan, benteng pertahanan dan pangkalan perang untuk menghadapi gempuran musuh yang sewaktu-waktu bisa saja menyerang.

Mau seperti mereka para Sahabat Nabi itu? :)


Probolinggo
20 Ramadhan 1434 H

Ekspedisi pertama penaklukan al-Ifriqiyah (Afrika Utara) pada jaman Khalifah Utsman bin Affan telah berhasil dilakukan dengan terbukanya kota Pentapolis dan Ithribla. Sasaran selanjutnya adalah kota Shabitala. Usaha pengepungan yang dilakukan pasukan muslimin membuahkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga kota ini berhasil direbut dari penguasa sebelumnya, yaitu Imperium Romawi Constantin.
Usaha pasukan muslimin untuk menyelesaikan misi pembukaan al-Ifriqiyah ini tidaklah mudah. Pertempuran sengit menghadapi prajurit profesional dengan jumlah yang lebih besar dan persenjataan yang canggih ditambah lagi dengan tantangan alam yang keras selama kurang lebih 15 bulan membutuhkan kekuatan iman yang luar biasa. Ya! 15 bulan! Luar biasa!
Karena semester lima ini hanya berlangsung empat bulan dan 'musuh' bukan pasukan profesional dengan persenjataan yang canggih dan tantangan alam hanya berupa panasnya kota Surabaya, jadi tidak ada alasan untuk tidak menang. Semangat ~ :)

Probolinggo
19 Ramadhan 1434 H
www.wikipaintings.com
H-13 Idul Fitri, siapkah kita untuk kembali suci?

Mengembara dari satu amal ke amal yang lain, berusaha mencari ridha Ilahi. Tak luput dari harapan diterimanya amal ibadah dan diampuninya dosa. Karena sungguh tak sanggup jika harus menerima siksa neraka terlebih dahulu sebelum diijinkan untuk menikmati surga. Tetapi, diri juga terkadang merasa malas mengerjakan perintah-Nya. Terkadang juga sesekali memaklumi (apologi) kesalahan-kesalahan yang disengaja. “Wajarlah, kita kan manusia.” Padahal sekecil apapun amal ibadah tersebut, sungguh tak akan luput dari hisab.
"Sesiapa mengerjakan kebaikan walau sebesar zarah, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan sesiapa yg mengerjakan kejahatan walau sebesar zarah, nescaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Al-Zalzalah 7-8)

Mengembara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Mencari ilmu demi masa depan. Berdalih untuk menjalankan perintah-Nya, padahal fokus utama adalah harta dunia. Sadar bahwa tujuan itu kurang tepat, tetapi penyakit hubbud dunya ini tak mudah disembuhkan. Berdoa agar penyakit ganas ini segera bisa benar-benar sembuh sehingga ridho Allah SWT bisa diraih melalui majelis ilmu ini. Insya Allah.
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.

Mengembara dari satu teman ke teman yang lain. Berusaha mengambil pelajaran dari setiap karakter seorang teman, juga dari kisah hidup mereka. Dari sekian banyak teman, ada yang begitu bersemangat membantu orang lain. Karena ia yakin, dengan mampermudah urusan orang lain maka Allah SWT akan memudahkan urusan kita. Ada yang begitu peduli dengan temannya, sampai-sampai merasa begitu menyesal ketika nilai IPK temannya turun meskipun nilainya sendiri baik-baik saja bahkan lebih dari sekedar baik. Karena ia tau, Islam mengajarkan kita dalam kehidupan sosial. Peduli terhadap sesama, bukan “Yang penting aku selamat.” Dan banyak lagi karakter unik diri mereka, begitu juga dengan pembelajaran yang saya dapatkan.
Perumpamaan teman yang soleh dan teman yang buruk adalah ibarat penjual minyak wangi dan peniup tungku. Penjual minyak wangi bisa memberimu tanpa kita harus membeli, atau (paling tidak) engkau akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan peniup tungku bisa membakar pakaianmu atau engkau akan mencium bau busuk darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengembara dari satu buku ke buku yang lain. Setiap buku memberikan pelajaran yang baru. Terkadang bisa membuat pembacanya sadar bahwa kualitas dirinya begitu rendah jika dibandingkan dengan para sahabat Rasul, sadar betapa ibadahnya begitu kecil jika dibandingkan mereka-mereka yang berani mati karena Allah SWT. Sadar bahwa ilmu Allah begitu luas dan manusia yang sekecil ini tak akan mampu untuk mempelajari semuanya.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS. Al ‘Alaq :1-5)

Mengembara dari satu kisah ke kisah yang lain. Berusaha mengambil hikmah dari suatu kisah. Berusaha meyakini dengan hati bahwa takdir yang Allah tuliskan selalu yang terbaik, meski hal itu tidak kita inginkan. Kisah membuat seseorang menyadari betapa kerdilnya iman, ketika cobaan kecil sudah sanggup membuat hati gundah tidak karuan.
...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)

Probolinggo
18 Ramadhan 1434 H
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Seorang Arab tua tinggal sendiri di sebuah tenda dekat oase. Setiap hari ia bertanya-tanya, “Apa sih gunanya aku hidup? Kenapa aku ditakdirkan hidup disini? Setiap hari hanya pasiiir saja yang bisa kulihat.” Sampai akhir hidupnya, si Arab tua ini tidak juga menemukan jawaban atas pertanyaannya. Mayatnya tergeletak begitu saja di dekat oase, tidak ada satupun orang yang tau keberadaannya.
Suatu hari ada segerombolan kafilah dagang yang berniat untuk beristirahat di oase tersebut. Hingga akhirnya mereka menyadari ada mayat disana. Tapi, anehnya tidak ada yang peduli terhadap mayat tersebut kecuali satu orang saja. Ia mengurus mayat ini hingga tertinggal oleh teman-temannya. Karena hari sudah senja, ia memutuskan untuk berangkat esok hari saja.
Ternyata, semua orang dalam rombongan kafilah tersebut terbunuh oleh orang Arab Badui. Tidak ada satu orang pun yang tersisa. Kecuali—tentu saja—pemuda yang tertinggal di oase. Ia selamat. Dari pemuda tersebut lahirlah lima orang yang kemudian mendapat julukan Al-Amin. Keren ~

Dapat ibrahnya?
Seorang Arab tua yang merasa dirinya tidak berguna hidup di dunia ini, ternyata punya peran yang besar. Dia yang merasa hanya seseorang yang hanya bisa melihat pasir sepanjang hari, ternyata ikut andil atas lahirnya lima orang hebat yang kemudian dijuluki Al-Amin tersebut di atas. Pertanyaannya terjawab.
Kita adalah salah satu entitas dari suatu sistem besar (supersistem) dunia yang diciptakan oleh Allah SWT. Pastilah Allah mempunyai tujuan yang jelas dan semua itu sudah diatur agar menghasilkan luaran yang optimal (sesuai dengan kehendak pencipta).

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al Mukminun:115).

Seandainya si Arab tua tidak diciptakan, maka mungkin kelima orang yang berjuluk Al-Amin tersebut tidak akan pernah ada. Karena tidak ada mayat yang menghentikan perjalanan si pemuda sehingga mungkin ia juga akan mati terbunuh oleh orang Arab Badui.
Seandainya kita tidak diciptakan, mungkin saja subsistem atau bahkan supersistem dunia akan rusak atau tidak menghasilkan luaran yang optimal. Tentu saja hanya entitas yang 'berperilaku' sesuai dengan tujuan diciptakannya saja yang bisa memberikan pengaruh positif terhadap supersistem tersebut.

Dengan adanya fakta ini, kita bisa lebih tenang. Karena perasaan kita tentang hidup yang seakan tidak berguna ini ternyata salah. Setiap diri kita mempunyai andil terhadap supersistem yang kompleks ini dan tidak bisa digantikan oleh sesuatu yang lain karena hasilnya tidak akan optimal. Begitulah :)


“Yang bertindak sebagai Amir (panglima perang) adalah Zaid bin Haritsah. Jika Zaid gugur, Ja’far bin Abu Thalib penggantinya. Bila Ja’far gugur, Abdullah bin Rawahah penggantinya. Dan jika Abdullah bon Rawahah gugur, maka hendaklah kaum Muslimin memilih penggantinya.”
Terjadilah perang Mu’tah antara pasukan Muslimin yang berjumlah 3.000 prajurit melawan pasukan Romawi dan sekutunya yang berjumlah 200.000 prajurit. Zaid bin Haritsah menjadi pemegang panji Islam pertama, sesuai dengan pesan Rasulullah SAW di atas.
Dengan gagah berani Zaid bin Haritsah berperang hingga kedua tangannya putus, tertebas oleh pedang lawan hingga ia menggunakan kedua lengan yang tersisa untuk memegang panji Islam. Tombak yang tertancap pada dadanya mengakhiri hidup panglima perang pertama ini, syahidlah ia. Kemudian panji Islam beralih ke tangan Ja’far bin Abu Thalib. Tidak kalah hebat perjuangannya untuk tetap menegakkan panji Islam di tengah-tengah ganasnya perang yang terjadi. Ia bernasib sama seperti Zaid bin Haritsah,  kedua tangannya putus sehingga ia gunakan lengan yang tersisa untuk menjaga panji Islam tetap berkibar . Ja’far syahid dengan 50 luka yang terdapat pada tubuh bagian depan dan tubuh yang terbelah dua. Datanglah kesempatan bagi Abdullah bin Rawahah untuk menjadi panglima perang. Ia sempat ragu beberapa detik untuk menerima amanah tersebut, tapi akhirnya panji Islam itu berada di tangannya. Nasibnya pun sama dengan kedua panglima perang sebelumnya. Ia syahid dalam perang tersebut. Panglima perang terakhir adalah Khalin bin Walid.
Ketika perang telah usai dengan kemenangan yang berada pada pihak kaum Muslimin karena pasukan Romawi dan sekutunya memilih untuk mundur, ada seorang sahabat yang bertanya, “Bagaimana keadaan Zaid bin Haritsah yaa Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Iya. Aku melihatnya sedang bersama bidadari tidur di kasur yang ditumpuk sepuluh.” Kemudian ada yang bertanya lagi, “Bagaimana dengan Ja’far bin Abu Thalib yaa Rasulullah?”. Beliau menjawab dengan kalimat yang sama. Ada lagi yang bertanya, “Lalu bagaimana dengan Abdullah bin Rawahah yaa Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Aku juga melihatnya sedang tidur bersama bidadari di atas kasur yang ditumpuk tiga.”
Begitulah keadaan ketiga pemegang panji Islam yang syahid dalam perang Mu’tah tersebut. Ketiganya mendapatkan nikmat yang telah Allah SWT janjikan bagi orang-orang yang berperang di jalan-Nya. Zaid, Ja’far dan Abdullah sama-sama tidur bersama seorang bidadari di atas kasur. Bedanya kasur yang ditiduri Abdullah bin Rawahah hanya bertumpuk tiga. Keraguan yang sempat hinggap di hatinya beberapa detik sebelum mengambil alih menjadi pemegang panji Islam ketiga membuatnya mendapat ‘diskon’ kenikmatan dari Allah SWT. Lalu, bagaimana dengan kita?
 #RamadhanCeria J
*Mohon maaf jika kalimat percakan pada tulisan ini tidak sesuai dengan yang diriwayatkan oleh para peneliti sejarah Islam. Karena saya hanya mendengarnya dari seseorang. Jika ada yang tau kalimat percakapan yang sebenarnya, silahkan ditulis di kolom komentar. Terima kasih J

Surabaya
9 Ramadhan 1434 H