Assalamu'alaikum :)
Lama sudah tidak menulis sesuatu disini. Sekarang saatnya melepas rasa kangen itu. Semoga benar-benar bisa terlampiaskan malam ini.
Tulisan ini tentang perasaan saya yang ingin sekali melanjutkan kuliah S2 ke Jepang langsung setelah mendapat gelar sarjana. Bukan untuk melamar pekerjaan, tapi lebih kepada keinginan untuk memiliki ilmu yang lebih banyak dari sekarang. Rasanya, kalaupun nanti akhirnya 'hanya' jadi ibu rumah tangga, saya ikhlas. Saya hanya ingin menimba ilmu. Belajar ke negeri orang untuk menimba ilmu, bukan untuk melamar pekerjaan.
Beberapa hal yang perlu saya siapkan. Yang paling penting dari semua adalah kesehatan. Kesehatan menjadi sangat penting ketika kesehatan itu mencakup segala hal. Kesehatan ibadah, yang artinya ibadah saya sehat, tidak sakit. Tidak ada ibadah yang terlalaikan ataupun terkesampingkan. Kesehatan fisik, karena dengan tubuh saya berpikir, menulis, membaca, bergerak dan melakukan banyak hal lain. Kesehatan mental, siap untuk menerima segala takdir ketika usaha sudah benar-benar 'ngotot'. Siap untuk kalah ketika usaha tidak setara dengan keinginan.
www.123rf.com

Dan kenapa memilih Jepang? Saya kagum sama negara yang satu ini. Katanya, penduduk di negara ini memegang teguh norma-norma. Salut! Meski agama mereka (dominan) bukan Islam, tapi kok bisa yaa mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satunya adalah kebersihan. Disana (katanya) lingkungannya sangat bersih. Penduduknya sadar akan pentingnya kebersihan. Sedangkan Indonesia yang penduduknya (dominan) beragama Islam, belum benar-benar menjaga kebersihan lingkungannya (karena saya orang Indonesia, berarti saya juga termasuk orang yang belum bisa menjaga kebersihan). Disana juga, teknologi sangat maju. Saya tidak tau, apakah memang karena orang-orangnya pintar, atau karena kesungguhan mereka dalam belajar. Yang saya, mereka (dan otaknya) sangat keren (meskipun masih katanya).
Rupanya, banyak yang tidak saya ketahui tentang Jepang. Bagaimana cara yang efektif agar saya tau banyak tentang Jepang? :)

Surabaya
12 Rabi'ul Akhir 1434 H

Assalamu'alaikum :)
Senang sekali jari-jari saya bisa beradu kembali dengan not-not keyboard laptop untuk berbagi sesuatu yang insya Allah bermanfaat. Aamiin.
Beberapa hari yang lalu, dalam suasana kuliah di suatu ruangan, tepatnya di ruangan J-111 Gedung Kimia FMIPA ITS, seorang dosen berkarakter sanguinis bernama Pak Joko memberi pidato yang sangat bermanfaat. Meskipun ini sesuatu hal yang kecil, tapi jika benar-benar dirasakan pasti akan sangat terasa manfaatnya.
Ini tentang 4 kata yang terkesan tidak ada manfaatnya sama sekali. Bahkan, beberapa orang berusaha untuk menghilangkan hal itu dari dirinya.
Apakah hal itu? LUPA. Nikmat yang seringkali dianggap bukan suatu kenikmatan, melainkan suatu musibah. Jika LUPA yang ada pada diri kita jumlahnya berlebihan, memang akan merugikan. Segala sesuatu memang harusnya pas, tidak lebih apalagi kurang.


LUPA. Alhamdulillah kita punya nikmat yang satu ini. Jika tidak, pasti akan semakin GJ (gak jelas) hidup  kita. Misalnya saja, kita pernah kehilangan uang Rp. 500,00 waktu kecil. Kalau kita tidak punya nikmat LUPA, apa yang terjadi? Dari kecil sampai gede, sampai kuliah, sampai punya kerja, sampai nikah, sampai punya, sampai nenek-nenek kakek-kakek dan sampai selamanya mungkin kita akan nangis gara-gara masih ingat peristiwa hilangnya uang Rp. 500,00 itu. Na'udzubillah...
Hal yang kecil, yang sering dilupakan manfaatnya, seringkali bisa menjadi obat ketika stok syukur kita tinggal dikit atau habis sama sekali. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Hehe :D

Surabaya
5 Rabi'ul Akhir 1434 H

Assalamualaikum :)
Saya rasa ini akan sangat berguna untuk kita. Postingan kali ini tentang riba. Dan saya baru tau hal ini ternyata termasuk riba. Saya khawatir masih banyak yang tidak tau tentang hal ini. Sepele, tapi bahaya jika dilakukan. Kenapa? Karena Allah SWT melarang praktek riba. Beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang melarang praktek riba: QS. 30: 39, QS. 4: 161, QS. 3: 130-132 dan QS. 2: 275-281.
Hal sangat penting yang saya maksud tadi adalah sebuah kisah dari buku “Keajaiban TEKNIK SELLING Rasulullah” halaman 11 karangan Freddy Rangkuti:

Ketika Bilal membawakan sedikit kurma yang berkualitas terbaik, maka Nabi menanyakan asal kurma tersebut. Oleh Bilal dijawab: “Saya memiliki kurma yang berkualitas rendah, kemudian saya barter dua sa's dengan satu sa's kurma yang berkualitas baik”. Nabi berkata: “Oh, itu benar-benar riba, benar-benar riba. Jangan kau lakukan itu, tetapi jika engkau ingin membeli maka jual dulu kurma itu dalam transaksi yang terpisah, kemudian belilah dengan uang hasil penjualan itu. (HR. Buchari dan Muslim)

Semoga kita lebih berhati-hati dalam perniagaan sehari-hari yaa. Dan semangat si semester baru (buat yang mahasiswa) ^^

Probolinggo
24 Rabi'ul Awal 1434 H