Assalamu'alaikum :)
Senang sekali kemarin bisa melihat wisudawan/wisudawati ITS memakai toga. Saya saja yang hanya melihat senang, apalagi mereka yang sedang merayakannya :)
Pertanyaannya, apakah semua wisudawan/wisudawati itu merasa senang ketika dinyatakan telah lulus dari ITS? Bagi yang telah mencapai targetnya, kemungkinan besar telah puas dan bergembira ketika mendapat gelar sarjanya. Terlebih bagi yang telah berkorban waktu kelulusannya demi amanah. Karena mereka berhasil menuntaskan amanah yang telah memilih mereka untuk menyelesaikannya. Siapa? Para petinggi BEM ITS periode 2011/2012. Jempol buat kalian kakak :)

Wisuda ke #106 ITS Surabaya

Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak terlalu bergembira di hari lepasnya status mahasiswa mereka? Apa yang terjadi? Mmm....saya hanya bisa mengira-ngira. Mungkin karena targetnya tidak tercapai atau mungkin hal lain sehingga hari 'besar' itu tidak terlalu istimewa bagi mereka.
Seusai sholat subuh, saya jadi berpikir, bagaimana caranya agar hari wisuda nanti menjadi hari yang berbahagia bagi saya dan keluarga? Hmmm...rasanya hanya dengan prestasi hari itu akan menjadi salah satu hari yang indah dalam hidup saya.
Ya! Prestasi! Dan prestasi itu sangat bermacam-macam, tidak hanya berupa piala atau sejenisnya. Bisa berupa hal yang konkret dan abstrak. Konkret, misalnya piala, sertifikat penghargaan, beasiswa prestasi dan transkrip yang mencamtumkan IP cumlaude. Abstrak, misalnya berhasil menghafal Al-Qur'an, berhasil memiliki hati yang ikhlas (Jangan salah! Hati yang ikhlas hanya bisa dimiliki oleh orang-orang terbaik se-dunia), dan berhasil menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Hidup itu memang pilihan. Bebas memilih prestasi yang mana, yang pasti kita harus berprestasi. Terlebih bagi umat muslim, karena Rasulullah adalah orang yang paling berprestasi sepanjang masa :)
Mengutip kata-kata orang nih:
“Kita adalah arsitek bagi kehidupan kita sendiri”
Termasuk bagi hari wisuda kita. Mari rancang hari wisuda seperti yang kita inginkan, dari sekarang. Semoga berhasil dan barokah. Aamiin ^_^

Surabaya
 5 Jumadil Awal 1434 H



Assalamu'alaikum :)
Pagi ini saya kembali berjumpa dengan sebuah kisah yang menginspirasi. Kisah tentang seorang petani yang memenangkan ajang “Petani Award”. Dari sekian banyak petani jagung di Indonesia, petani yang tidak saya ketahui namanya ini berhasil menjadi petani terbaik. Beliau berasal dari Nganjuk, Jawa Timur.

http://www.cornpalace.org/

Anda penasaran dan ingin tau kunci keberhasilan petani jagung tersebut? Apa yaa rahasia di balik kesuksesannya itu? Rasa penasaran dan ingin tau Anda sama dengan seorang wartawan yang akhirnya meminta ijin kepada petani sukses tersebut untuk menginap dirumahnya dan mengikuti semua kegiatannya. Alhamdulillah dengan senang hati petani tersebut mengijinkan.
Wartawan tersebut akhirnya menginap juga di rumah sang petani. Selama 5 hari sang wartawan menikmati kehidupan menjadi petani jagung. Tak satu pun kegiatan petani yang terlewatkan oleh sang wartawan. Hingga akhirnya dia bosan karena tidak ada satu hal pun yang istimewa dari kegiatan yang dilakukan oleh sang petani juara dan akhirnya minta ijin untuk kembali ke pekerjaannya. Sang petani berkata, ”Iyaa boleh. Tapi, jika Anda ingin tau kunci sukses saya, silahkan besok ikut saya ke sawah jam 10 pagi.” “Baik, Pak,” sang wartawan mengiyakan.
Keesokan paginya, dengan semangat sang wartawan mengajak petani ke sawah. Dia ingin segera tau kunci sukses sang petani juara tersebut. Dan sampailah mereka di sawah.
Coba perhatikan tanaman jagung saya ini,” perintah petani.
Sang wartawan mengikuti perintah sang petani. Tetapi, tidak ada hal yang istimewa dari jagung-jagung di sawah itu.
Tidak ada apa-apa, Pak. Sama saja dengan jagung yang lain.”
Coba perhatikan arah timur dan barat,” perintah petani yang kedua.
Sang wartawan melaksanakan kembali perintah sari sang petani tersebut. Namun, tidak ada yang istimewa dari arah barat dan timur.
Tidak ada apa-apa, Pak. Saya hanya merasakan angin yang kadang berhembus dari barat ke timur dan sebaliknya.”
Ya! Itulah kunci sukses saya. Angin adalah kunci sukses saya.”
“Bagaimana bisa angin menjadi kunci sukses Bapak?”
Coba jawab. Apa yang angin bawa ke sawah saya?”
Benang sari, Pak.”
Ya, benar! Benang sari dari sawah-sawah tetangga dibawa oleh angin ke sawah saya. Untuk itu saya harus memastikan bahwa benih jagung yang ditanam oleh petani yang sawahnya berada di sebelah sawah saya adalah bibit unggul. Jika perlu, saya akan membagikan benih jagung unggul yang saya punya kepada mereka agar nanti jagung saya kualitasnya bagus. Itulah kunci sukses saya.”

Ternyata itulah kunci sukses dari sang petani juara nasional. Beliau memastikan benih jagung yang ditanam oleh petani dari tetangga sawahnya adalah benih yang unggul. Seharusnya itulah yang juga kita lakukan sebagai muslim/muslimah.
Islam adalah agama sosial. Karena itu, (mayoritas) pahala besar didapat dari ibadah yang dilakukan secara jama'ah. Sholat misalnya, jika dilakukan berjama'ah, derajatnya lebih tinggi daripada dilakukan dengan munfarid.
Contoh lain, misalnya ibadah yang menginspirasi banyak orang. Misal, si fulanah A bersadaqah 1 juta rupiah, karena terinspirasi dari sadaqah yang dilakukan si fulanah A, maka si fulanah B juga bersadaqah dengan nilai yang lebih besar yaitu 10 juta rupiah. Maka, pahala sadaqah si fulanah A adalah sadaqah yang dilakukannya sendiri dan sadaqah yang dilakukan oleh si fulanah B, yaitu 11 juta rupiah. Alhamdulillah :D
Berita buruknya, hal ini juga berlaku bagi amal tidak baik. Katanya, Qabil, salah satu anak Nabi Adam, akan menanggung dosa dari semua pembunuhan yang dilakukan oleh orang se-dunia. Karena dialah orang pertama yang melakukan pembunuhan dan menginspirasi banyak orang untuk melakukannya juga. Naudzubillah...
Dari tulisan ini insya Allah kita mendapat dua pelajaran. Yang pertama, berusaha agar lingkungan kita juga baik, seperti yang dilakukan petani. Dia berusaha agar lingkungannya baik, sehingga dia juga menjadi baik. Tidak ada istilah “Sholih/Sholihah individu” dalam Islam, yang ada adalah “Sholih/Sholihah Berjama'ah”. Jadi, seharusnya yang kita lakukan bukan berusaha agar menjadi sholih/sholihah sendirian, karena rasanya tidak enak yaa sendirian di surga :D. Tapi, kita juga harus berusaha agar lingkungan kita sholih/sholihah, agar kita juga menjadi sholih/sholihah. Tidak menunjukkan ilmu, tapi mengajarkannya.
Yang kedua, berhati-hati dalam bertindak. Jangan sampai ada perbuatan tidak baik yang menginspirasi orang lain untuk melakukannya juga. Karena akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup kita sendiri dan orang lain. Memelihara setiap tindakan yang dilakukan. Wah susah sekali sepertinya yaa :D. Tapi, tidak ada salahnya dicoba. Semoga tidak lupa untuk saling mengingatkan satu sama lain jika ada yang keluar dari “zona baik”. Dan semoga bisa istiqomah. Aamiin ^^

Surabaya
19 Rabi'ul Akhir 1434 H