Surat Terbuka untuk Dr. Muhammad Mursi

Saudaraku yang mulia, Dr. Muhammad Mursi..

Aku ingin mengetahui, apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga Dia meringankan Anda dari tugas-tugas kenegaraan, menjadikan Anda bisa fokus beribadah kepada-Nya pada bulan Ramadhan yang mulia ini, dan menjadikan kami sibuk dengan Anda?

Aku ingin mengetahui, apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga doa-doa kemenangan, dukungan, dan taufik untuk Anda menjadi bagian doa yang sama-sama dilantunkan oleh umat Islam di setiap tempat?

Apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga Anda menjadi harapan bagi orang-orang yang lemah lagi tertindas di Palestina, Suria, dan negeri lainnya untuk bisa hidup merdeka dan mulia?

Apa rahasia yang ada antara Anda dan Allah, sehingga kekuatan-kekuatan jahat di muka bumi ini berkumpul untuk menyingkirkanmu dari tampuk kepemimpinan Mesir?

Apa rahasia antara Anda dan Allah, sehingga Dia mengujimu dalam usia yg sudah cukup lanjut dengan ujian penjara di jalan-Nya agar Anda mendapatkan ketenangan di dunia dan balasan kebaikan di akhirat?

Apa rahasia antara Anda dan Allah, sehingga Anda berubah dari hanya seorang dosen di Univesitas Zaqaziq, kemudian menjadi simbol kemerdekaan dunia di setiap tempat?

Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hamba-Mu, Muhammad Mursi, tidak menggunakan kekuasaan yang Engkau berikan kepadanya untuk menzhalimi makhluk ciptaan-Mu.

Ya Allah...jangan serahkan beliau kepada orang yang jahat. Jagalah ia dengan penjagaan-Mu dan naungilah ia dengan naungan-Mu.

Ya Allah, takdirkanlah kebaikan untuknya dan untuk kami dimana pun ia berada, kemudian jadikanlah kami ridha dengannya.

(Surat ini ditulis oleh seorang pendukung Presiden Muhammad Mursi, Seorang Presenter TV Misr 25, aktivis media Islam)



Sumber: facebook :)
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Mishr
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Filistiin
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Suriah
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Turqii
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii Indunisiyya
Allahummanshur ikhwanal muslimiina fii kulli makaan wa fii kulli zamaan...

Sumber: Facebook temen :D
Setelah kembali ke toko pertama, saya baru sadar bahwa hape ketinggalan di salah satu kamar pas. Alhamdulillah... pas meriksa kamar pas tersebut ternyata hape tersayang sudah hilang!

* * *

Pergi bersama Ibu ke sebuah toko untuk membeli beberapa barang. Di toko pertama tidak ada barang yang pas dengan selera saya. Kemudian kami menuju toko kedua dan tidak ada juga. Di toko ketiga, alhamdulillah saya menemukan satu barang yang diperlukan dan sesuai selera. Karena barang lain yang diperlukan untuk melengkapinya ada di toko pertama, maka kembalilah kami ke toko tersebut. Alhamdulillah... ketemu. Seketika saya teringat hape ketika melihat sebuah kamar pas. Dan waktu itu hape saya tidak lagi di tangan. Berusaha tetap tenang ketika membuka kamar pas tersebut dengan harapan masih ada hape Nokia berwarna putih disana. Tapi ternyata tidak ada! Hilang! Masih berharap hape tersebut kembali, saya meminjam hape Ibu dan berusaha menelepon nomor hape saya. Tidak aktif! Alhamdulillah... sudah saya dapatkan kepastian itu. Hape saya hilang! Dan seketika kepala saya pening dan badan lemes. Astaghfirullah... segitu lemahnya badan—dan iman—saya. Zzzzzzzz.....
Beberapa menit ketika pusing sudah agak mendingan, saya berandai-andai menjadi warga negara Mesir, Suriah, Palestina atau negara Timur Tengah lainnya. Brrr..... bisa-bisa saya pingsan tiap hari. Dan sehari bisa lebih dari sepuluh kali. Rrrrrrrrrr.....
Pantaslah saya ditakdirkan hidup di Indonesia yang keadaannya—anggap saja meskipun kenyataannya tidak—aman tentram dan damai. Tidak ada bom, suara tembakan atau pembunuhan seperti negara sodara-sodara muslim saya di Timur Tengah sana. Cobaan kan sesuai dengan tingkat keimanan. Rrrrrrr.......

Allah tidak akan memberikan beban (taklif) kepada seseorang di luar batas kemampuannya.” (QS. Al Baqarah : 286)

...Jika dia sangat kuat dalam agamanya,maka sangat kuat pula ujian baginya, dan jika lemah dalam agamanya,di uji pula oleh Allah sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikian bala dan ujian itu senantiasa di timpahkan kepada seorang hamba sampai ia di biarkan berjalan di muka bumi tanpa dosa apapun” (HR. Tarmizi)

Probolinggo

20 Ramadhan 1434 H
Bersama legiun muslimin, Uqbah bin Nafi al-Fihri sebagai panglima perang bermaksud untuk mendirikan Ibukota Islam di al-Ifriqiyah. Suatu tempat berupa semak belukar di daerah pedalaman gurun pasir menjadi pilihan karena tidak mudah dicapai oleh kapal-kapal dan pasukan perang Romawi.
Namun tempat itu ternyata penuh dengan binatang buas seperti singa dan binatang gurun yang berbisa. Hal ini meyebabkan sebagian kaum muslimin menyatakan protes karena dianggap dapat membahayakan keselamatan mereka.
Mengetahui hal itu, panglima perang Uqbah bin Nafi mengumpulkan sahabat Rasul yang tergabung dalam pasukan tersebut. Didapatlah sebanyak 12 Sahabat Rasul, lalu mereka berseru, “Hai kalian singa dan binatang pengganggu, kami adalah Sahabat Nabinya Allah, karena itu maka tinggalkanlah kami! Dan jika kami menemukan siapa pun dari kalian disini, maka kami akan membunuhnya!”
Luar biasa! Gerombolan singa, srigala dan ular-ular membawa anak-anaknya dari tempat tersebut. Binatang-binatang ini bersama kelompoknya mengamankan kawanannya masing-masing ke daerah lain. Banyak orang Berber yang masuk Islam karena peristiwa ini.
Akhirnya, dibangunlah sebuah kota baru sebagai Ibukota al-Ifriqiyah yang diberi nama Qairawan dengan fasilitas yang cukup memadai. Kota ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan, benteng pertahanan dan pangkalan perang untuk menghadapi gempuran musuh yang sewaktu-waktu bisa saja menyerang.

Mau seperti mereka para Sahabat Nabi itu? :)


Probolinggo
20 Ramadhan 1434 H

Ekspedisi pertama penaklukan al-Ifriqiyah (Afrika Utara) pada jaman Khalifah Utsman bin Affan telah berhasil dilakukan dengan terbukanya kota Pentapolis dan Ithribla. Sasaran selanjutnya adalah kota Shabitala. Usaha pengepungan yang dilakukan pasukan muslimin membuahkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga kota ini berhasil direbut dari penguasa sebelumnya, yaitu Imperium Romawi Constantin.
Usaha pasukan muslimin untuk menyelesaikan misi pembukaan al-Ifriqiyah ini tidaklah mudah. Pertempuran sengit menghadapi prajurit profesional dengan jumlah yang lebih besar dan persenjataan yang canggih ditambah lagi dengan tantangan alam yang keras selama kurang lebih 15 bulan membutuhkan kekuatan iman yang luar biasa. Ya! 15 bulan! Luar biasa!
Karena semester lima ini hanya berlangsung empat bulan dan 'musuh' bukan pasukan profesional dengan persenjataan yang canggih dan tantangan alam hanya berupa panasnya kota Surabaya, jadi tidak ada alasan untuk tidak menang. Semangat ~ :)

Probolinggo
19 Ramadhan 1434 H
www.wikipaintings.com
H-13 Idul Fitri, siapkah kita untuk kembali suci?

Mengembara dari satu amal ke amal yang lain, berusaha mencari ridha Ilahi. Tak luput dari harapan diterimanya amal ibadah dan diampuninya dosa. Karena sungguh tak sanggup jika harus menerima siksa neraka terlebih dahulu sebelum diijinkan untuk menikmati surga. Tetapi, diri juga terkadang merasa malas mengerjakan perintah-Nya. Terkadang juga sesekali memaklumi (apologi) kesalahan-kesalahan yang disengaja. “Wajarlah, kita kan manusia.” Padahal sekecil apapun amal ibadah tersebut, sungguh tak akan luput dari hisab.
"Sesiapa mengerjakan kebaikan walau sebesar zarah, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan sesiapa yg mengerjakan kejahatan walau sebesar zarah, nescaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Al-Zalzalah 7-8)

Mengembara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Mencari ilmu demi masa depan. Berdalih untuk menjalankan perintah-Nya, padahal fokus utama adalah harta dunia. Sadar bahwa tujuan itu kurang tepat, tetapi penyakit hubbud dunya ini tak mudah disembuhkan. Berdoa agar penyakit ganas ini segera bisa benar-benar sembuh sehingga ridho Allah SWT bisa diraih melalui majelis ilmu ini. Insya Allah.
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.

Mengembara dari satu teman ke teman yang lain. Berusaha mengambil pelajaran dari setiap karakter seorang teman, juga dari kisah hidup mereka. Dari sekian banyak teman, ada yang begitu bersemangat membantu orang lain. Karena ia yakin, dengan mampermudah urusan orang lain maka Allah SWT akan memudahkan urusan kita. Ada yang begitu peduli dengan temannya, sampai-sampai merasa begitu menyesal ketika nilai IPK temannya turun meskipun nilainya sendiri baik-baik saja bahkan lebih dari sekedar baik. Karena ia tau, Islam mengajarkan kita dalam kehidupan sosial. Peduli terhadap sesama, bukan “Yang penting aku selamat.” Dan banyak lagi karakter unik diri mereka, begitu juga dengan pembelajaran yang saya dapatkan.
Perumpamaan teman yang soleh dan teman yang buruk adalah ibarat penjual minyak wangi dan peniup tungku. Penjual minyak wangi bisa memberimu tanpa kita harus membeli, atau (paling tidak) engkau akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan peniup tungku bisa membakar pakaianmu atau engkau akan mencium bau busuk darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengembara dari satu buku ke buku yang lain. Setiap buku memberikan pelajaran yang baru. Terkadang bisa membuat pembacanya sadar bahwa kualitas dirinya begitu rendah jika dibandingkan dengan para sahabat Rasul, sadar betapa ibadahnya begitu kecil jika dibandingkan mereka-mereka yang berani mati karena Allah SWT. Sadar bahwa ilmu Allah begitu luas dan manusia yang sekecil ini tak akan mampu untuk mempelajari semuanya.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS. Al ‘Alaq :1-5)

Mengembara dari satu kisah ke kisah yang lain. Berusaha mengambil hikmah dari suatu kisah. Berusaha meyakini dengan hati bahwa takdir yang Allah tuliskan selalu yang terbaik, meski hal itu tidak kita inginkan. Kisah membuat seseorang menyadari betapa kerdilnya iman, ketika cobaan kecil sudah sanggup membuat hati gundah tidak karuan.
...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)

Probolinggo
18 Ramadhan 1434 H
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Seorang Arab tua tinggal sendiri di sebuah tenda dekat oase. Setiap hari ia bertanya-tanya, “Apa sih gunanya aku hidup? Kenapa aku ditakdirkan hidup disini? Setiap hari hanya pasiiir saja yang bisa kulihat.” Sampai akhir hidupnya, si Arab tua ini tidak juga menemukan jawaban atas pertanyaannya. Mayatnya tergeletak begitu saja di dekat oase, tidak ada satupun orang yang tau keberadaannya.
Suatu hari ada segerombolan kafilah dagang yang berniat untuk beristirahat di oase tersebut. Hingga akhirnya mereka menyadari ada mayat disana. Tapi, anehnya tidak ada yang peduli terhadap mayat tersebut kecuali satu orang saja. Ia mengurus mayat ini hingga tertinggal oleh teman-temannya. Karena hari sudah senja, ia memutuskan untuk berangkat esok hari saja.
Ternyata, semua orang dalam rombongan kafilah tersebut terbunuh oleh orang Arab Badui. Tidak ada satu orang pun yang tersisa. Kecuali—tentu saja—pemuda yang tertinggal di oase. Ia selamat. Dari pemuda tersebut lahirlah lima orang yang kemudian mendapat julukan Al-Amin. Keren ~

Dapat ibrahnya?
Seorang Arab tua yang merasa dirinya tidak berguna hidup di dunia ini, ternyata punya peran yang besar. Dia yang merasa hanya seseorang yang hanya bisa melihat pasir sepanjang hari, ternyata ikut andil atas lahirnya lima orang hebat yang kemudian dijuluki Al-Amin tersebut di atas. Pertanyaannya terjawab.
Kita adalah salah satu entitas dari suatu sistem besar (supersistem) dunia yang diciptakan oleh Allah SWT. Pastilah Allah mempunyai tujuan yang jelas dan semua itu sudah diatur agar menghasilkan luaran yang optimal (sesuai dengan kehendak pencipta).

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al Mukminun:115).

Seandainya si Arab tua tidak diciptakan, maka mungkin kelima orang yang berjuluk Al-Amin tersebut tidak akan pernah ada. Karena tidak ada mayat yang menghentikan perjalanan si pemuda sehingga mungkin ia juga akan mati terbunuh oleh orang Arab Badui.
Seandainya kita tidak diciptakan, mungkin saja subsistem atau bahkan supersistem dunia akan rusak atau tidak menghasilkan luaran yang optimal. Tentu saja hanya entitas yang 'berperilaku' sesuai dengan tujuan diciptakannya saja yang bisa memberikan pengaruh positif terhadap supersistem tersebut.

Dengan adanya fakta ini, kita bisa lebih tenang. Karena perasaan kita tentang hidup yang seakan tidak berguna ini ternyata salah. Setiap diri kita mempunyai andil terhadap supersistem yang kompleks ini dan tidak bisa digantikan oleh sesuatu yang lain karena hasilnya tidak akan optimal. Begitulah :)


“Yang bertindak sebagai Amir (panglima perang) adalah Zaid bin Haritsah. Jika Zaid gugur, Ja’far bin Abu Thalib penggantinya. Bila Ja’far gugur, Abdullah bin Rawahah penggantinya. Dan jika Abdullah bon Rawahah gugur, maka hendaklah kaum Muslimin memilih penggantinya.”
Terjadilah perang Mu’tah antara pasukan Muslimin yang berjumlah 3.000 prajurit melawan pasukan Romawi dan sekutunya yang berjumlah 200.000 prajurit. Zaid bin Haritsah menjadi pemegang panji Islam pertama, sesuai dengan pesan Rasulullah SAW di atas.
Dengan gagah berani Zaid bin Haritsah berperang hingga kedua tangannya putus, tertebas oleh pedang lawan hingga ia menggunakan kedua lengan yang tersisa untuk memegang panji Islam. Tombak yang tertancap pada dadanya mengakhiri hidup panglima perang pertama ini, syahidlah ia. Kemudian panji Islam beralih ke tangan Ja’far bin Abu Thalib. Tidak kalah hebat perjuangannya untuk tetap menegakkan panji Islam di tengah-tengah ganasnya perang yang terjadi. Ia bernasib sama seperti Zaid bin Haritsah,  kedua tangannya putus sehingga ia gunakan lengan yang tersisa untuk menjaga panji Islam tetap berkibar . Ja’far syahid dengan 50 luka yang terdapat pada tubuh bagian depan dan tubuh yang terbelah dua. Datanglah kesempatan bagi Abdullah bin Rawahah untuk menjadi panglima perang. Ia sempat ragu beberapa detik untuk menerima amanah tersebut, tapi akhirnya panji Islam itu berada di tangannya. Nasibnya pun sama dengan kedua panglima perang sebelumnya. Ia syahid dalam perang tersebut. Panglima perang terakhir adalah Khalin bin Walid.
Ketika perang telah usai dengan kemenangan yang berada pada pihak kaum Muslimin karena pasukan Romawi dan sekutunya memilih untuk mundur, ada seorang sahabat yang bertanya, “Bagaimana keadaan Zaid bin Haritsah yaa Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Iya. Aku melihatnya sedang bersama bidadari tidur di kasur yang ditumpuk sepuluh.” Kemudian ada yang bertanya lagi, “Bagaimana dengan Ja’far bin Abu Thalib yaa Rasulullah?”. Beliau menjawab dengan kalimat yang sama. Ada lagi yang bertanya, “Lalu bagaimana dengan Abdullah bin Rawahah yaa Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Aku juga melihatnya sedang tidur bersama bidadari di atas kasur yang ditumpuk tiga.”
Begitulah keadaan ketiga pemegang panji Islam yang syahid dalam perang Mu’tah tersebut. Ketiganya mendapatkan nikmat yang telah Allah SWT janjikan bagi orang-orang yang berperang di jalan-Nya. Zaid, Ja’far dan Abdullah sama-sama tidur bersama seorang bidadari di atas kasur. Bedanya kasur yang ditiduri Abdullah bin Rawahah hanya bertumpuk tiga. Keraguan yang sempat hinggap di hatinya beberapa detik sebelum mengambil alih menjadi pemegang panji Islam ketiga membuatnya mendapat ‘diskon’ kenikmatan dari Allah SWT. Lalu, bagaimana dengan kita?
 #RamadhanCeria J
*Mohon maaf jika kalimat percakan pada tulisan ini tidak sesuai dengan yang diriwayatkan oleh para peneliti sejarah Islam. Karena saya hanya mendengarnya dari seseorang. Jika ada yang tau kalimat percakapan yang sebenarnya, silahkan ditulis di kolom komentar. Terima kasih J

Surabaya
9 Ramadhan 1434 H
Hawa nafsu diidentikkan dengan suatu hal yang negatif. Hal itu wajar saja. Pengertian hawa nafsu yang terdapat dalam firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW juga merujuk kepada suatu hal yang tidak baik.
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)
Diriwayatkan melalui Imam Shâdiq bahwa Rasulullah saw bersabda: “Waspadalah terhadap hawa uafsu kalian sebagaimana kamu sekalian waspada terhadap musuh. Tiada yang lebih pantang bagi manusia daripada mengikuti hawa, nafsu dan ketergelinciran lidah yang tak bertulang.”
Sekedar ingin berbagi cerita tentang aktivis dakwah di kampus saya. Selama bulan Ramadhan dan bahkan beberapa bulan sebelum bulan penuh berkah ini tiba, mereka disibukkan oleh agenda besar organisasi mereka yang diberi nama “Ramadhan di Kampus”. Sekalipun dalam keadaan libur, mereka akan tetap berada di kampus, merelakan kehangatan bersama keluarga di rumah demi amanah besar ini. Ada 21 acara yang akan sangat menyita waktu mereka dari mulai persiapan hingga pasca acara itu terlaksana. Ya! Mereka pasti sangat sibuk sekalipun jumlah panitia tidak sedikit.
Teman-teman saya yang hebat ini selalu bisa mengambil hikmah dari setiap amanah yang mereka emban. Termasuk juga amanah besar ini. Bagi mereka, amanah yang menyita banyak waktu ini akan menjaga mereka dari kesibukan-kesibukan lain yang tidak berpahala atau bahkan menambah daftar dosa yang tertulis di buku amal mereka. Dengan adanya syuro’ (rapat) yang setiap hari memenuhi agenda mereka dan acara yang begitu banyak, hal-hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa yang sedang libur—seperti tidur, nonton film, ghibah (gosip) dll—tidak akan bisa mereka lakukan karena sedikitnya waktu luang yang dimiliki. “Begitulah cara Allah SWT menjaga kami,” begitu kata mereka.
Dengan kesibukan yang positif kita bisa menahan hawa nafsu yang bisa berdampak buruk terhadap pahala puasa kita. Itu tips dari teman-teman aktivis dakwah untuk menjaga hawa nafsu kita selama dan setelah bulan Ramadhan.
Banyak sekali kesibukan positif yang bisa kita lakukan, misalnya:
1. Menghafal Al-Qur’an
2. Tilawah atau tadarus
3. Dzikir
4. Membantu Ibu memasak
5.  Membaca buku
6.  Membantu adik atau anak belajar
7.  Menyelesaikan tugas atau kewajiban
8.  Silaturrahim ke rumah kerabat atau sahabat
9. Ikutan ngaBLOGburit bersama ratusan blogger lainnya (yang ini wajib!)
10.  dll

Sekian tipsnya, semoga bermanfaat :)

Tulisan juga tersedia di: http://dyahoktavia.blogdetik.com/2013/07/15/meniru-cara-allah-swt-menjaga-aktivis-dakwah-kampus/
Bicara tentang ngabuburit, tidak akan lepas dari bulan Ramadhan dan berbuka puasa. Karena kata yang berasal dari bahasa Sunda ini memiliki arti menghabiskan waktu sore menjelang berbuka puasa dibulan Ramadhan. Hampir semua orang sudah tau istilah ini.
Waktu sore hari dibulan Ramadhan menjadi spesial karena waktu berbukan puasa hampir tiba. Buka karena sudah sangat lapar, tapi tentang keberhasilan kita dalam melaksanakan ibadah puasa wajib dan memaksimalkan ibadah lain dibulan yang penuh pahala dan ampunan ini.
Ngabuburit is an important jika diisi diisi dengan ibadah. Dan banyak sekali pilihan ibadah yang bisa kita lakukan untuk menambah pahala dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Diantaranya:
1. Menghafal Al-Qur'an
Banyak muslim yang belum sadar betapa pentingnya menghafal Al-Qur'an. "Kan sudah ada mushaf, lalu untuk apa dihafalkan?" Alhamdulillah, sekarang masih ada mushaf. Tapi, kalau nanti--entah kapan--pabriknya tutup atau ada yang bermaksud mengubah isi Al-Qur'an bagaimana? Hafidz dan Hafidzah-lah yang bisa 'menyelamatkan' keaslian isi Al-Qur'an. Hal ini tidak mustahil terjadi. Sudah banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh musuh Islam untuk menghancurkan Islam. Bisa saja--salah satunya--dengan mengubah isi kitab pedoman hidup umat muslim ini. Selain menjadi 'pahlawan penyelamat' Al-Qur'an, banyak manfaat yang bisa didapatkan dari menghafal Al-Qur'an. Apa saja? Ask google first 
2. Tadarus atau Tilawah
Jika dirasa cukup hafalannya, waktu sore hari yang sejuk ini bisa diisi dengan tadarus atau tilawah. Apa bedanya? Tadarus hanya bisa dilakukan minimal oleh dua orang. Disebut tadarus karena ada yang membaca dan menyaksikan. Jika tidak ada yang menyaksikan, namanya tilawah.
3. Membantu Ibu Memasak
Penting nih buat anak rantau yang sedang pulang kampung. Manfaatnya banyak, selain belajar memasak, juga bermanfaat untuk menghilangkan rasa kangen kepada ibu, menghangatkan kembali ikatan ibu anak yang mungkin sempat dingin karena terpisah oleh jarak dan berbakti kepada orang tua. Wow! Pahalanya banyak tuh.
4. Membaca Buku
Tidak perlu dipertanyakan lagi manfaat dari aktivitas yang satu ini. Silahkan baca buku apa saja yang kalian suka. Tapi, akan lebih baik jika kita membaca buku yang diperlukan, bukan hanya yang disukai saja.
5. NgaBLOGburit
Nah... Ini nih! Selain berpahala, juga bisa jadi pekerjaan sampingan. Hehe. Terima kasih banyak kepada BLOGDETIK yang telah menyelenggarakan acara ini. Bermanfaat sekali untuk yang suka menulis. Sukses terus untuk BLOGDETIK 
6. Jalan-jalan
Untuk anak rantah yang sudah rindu dengan lingkungan sekitar di kampung halaman, menyusuri jalan sambil bernostalgia bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu sore ini. Tapi, harus tetap dijaga ya niat dan pandangannya. Jangan sampai mengurangi pahala atau bahkan membatalkan puasa kita. Sayang lho, bulan Ramadhan cuma sekali setahun. Meski jalan-jalan, harus tetap bernilai ibadah ya!
Selain enam ibadah di atas, masih banyak ibadah lain yang bisa membuat kantong pahala kita penuh dan mengurangi isi kantong dosa kita. Apalagi memang? Kreatif dong! 
Selamat ngabuburit!