Jika Anda bertanya, "Apa artinya?" Maka saya akan menjawab, "Ask google first!"
Hanya segelintir orang memilih hidup seperti ini. Orang-orang tertentu, bukan berarti dia hebat. Tergantung keberpihakannya, kepada kebenaran ataukah sebaliknya. Akan selalu orang-orang yang rela mati demi keberpihakannya pada kebenaran, karena orang-orang yang bersikap sebaliknya juga akan selaku ada. Dan saya percaya kebenaran selalu akan menang, cepat atau lambat. Sesuai dengan janji Allah SWT.
Orang-orang itu, yang memiliki prinsip 'Vivere Pericoloso' bukan berarti tak memiliki rasa takut. Justru rasa takut merasa lebih besar dari 'orang-orang biasa'. Bagi yang berpihak pada kebenaran, rasa takut mereka hanya untuk Allah SWT, bukan untuk hal-hal lain yang tidak perlu ditakuti. Sedangkan mereka yang berpihak pada kemungkaran, ketakutannya tak lebih baik dari orang rata-rata, bahkan mungkin lebih buruk.
Orang-orang yang memilih untuk bersikap berani itu, selalu memiliki alasan yang kuat untuk setiap pilihannya. Dengan begitu, mereka tak punya alasan untuk ragu. Selalu mantap dalam setiap langkahnya. Mewarnai hari-harinya dengan sikap yang sulit untuk dibelokkan.
Orang-orang itu yang memilih jalan berbahaya ini tak memiliki waktu untuk memikirkan hal-hal kecil. Mereka hidup bersahabat dengan masalah. Karena mereka hidup adalah masalah. Yang tidak merasa bermasalah pun sebenarnya juga punya masalah. Bahkan masalah lebih besar: tidak tau masalah yang sedang ia hadapi.
Orang-orang itu, tau yang mereka pilih. Juga tau resikonya. Karena itu mereka memilihnya. Berjuang dan berkorban untuknya. Mereka memiliki alasan untuk hidup.
Dan orang-orang itu, idealisme mereka, hanya Allah SWT yang bisa mengubahnya :)

Surabaya
Hari Sumpah Pemuda

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah note yang ditulis oleh seorang mbak keren. Kisah peperangan antara Ramawijaya dan Rahwana tersebut benar-benar membuat mata saya berbinar-binar. Banyak tokoh inspiratif dalam cerita itu. Merasa senasib dengan dua orang tokoh, maka saya akan membahasnya disini.
Dua orang tokoh keren itu bernama Trikala dan Kalasekti, anak pungut dari patih Prahasta yang hampir saja menjadi korban kemurkaan Rahwana. Trikala dan Kalasekti awalnya tidak memiliki kesaktian. Tetapi, ketika melawan angkara murka, dua gunung kembar dapat mereka gerakkan untuk menghimpit Rahwana. Merasa ada yang senasib dengan Trikala dan Kalasekti di awal cerita? :)
Ketika tak ada yang bisa dibanggakan dari diri ini, setidaknya kita tetap berbuat baik dan melawan kemurkaan. Mungkin saatnya nanti, kita akan bernasib sama seperti Trikala dan Kalasekti. Allah akan memberikan kekuatan itu kepada yang setia di jalanNya. Atau jika kekuatan itu tak jua datang, yakini saja bahwa kebaikan kita tak akan sia-sia. Kata Umar bin Khaththab, kita menang bukan karena jumlah ataupun kekuatan yang melebihi musuh kita. Namun karena dosa kita lebih sedikit daripada musuh. Jika dosa kita sama dengan musuh, lalu apa gunanya kita 'berperang'? Bukankah sebaiknya kita dan mereka bersulang untuk kehancuran dunia? Semoga kebaikan yang kita lakukan dapat mempertajam pedang para mujahidin itu. Semoga kebaikan yang kita lakukan dapat menjadi desir angin pengobat rasa sakit luka fisik mereka. Semoga kebaikan yang kita lakukan dapat sedikit membantu kemenangan kebenaran ini. Aamiin.
Karena tidak harus kita yang melakukannya langsung. Kegembiraan itu milik bersama, siapapun yang menjadi tokoh utamanya.

Surabaya 
Menjelang 26 Oktober 2013