Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh…

Beberapa minggu terakhir, dunia berita dihebohi dengan peristiwa pembunuhan Ade Sara, hilangnya pesawat MH37 milik Malaysia Airlines dan Jokowi yang ternyata jadi nyapres. Hampir seluruh ‘tempat’ memberitakan hot news tersebut. Saya turut berduka cita atas dua berita pertama dan no comment untuk berita terakhir #ifyunowwotimin.
Dan tentang dunia saya, masih berkutat dengan kuliah, kolokium, amal yaumi, hafalan, TOEFL dan Turki. Belum berubah entah sudah sejak kapan. Yang pasti saya belum bisa memaksa diri untuk move on ke masalah yang lain. Entah sampai kapan -_-
Tentang kuliah, saya berusaha untuk tak terlelap saat jam kuliah berlangsung. Tentang kolokium, saya masih berusaha memahaminya dengan baik, seperti dia yang terus berusaha tanpa lelah untuk mengerti saya (bahwa saya masih males-malesan-tapi-sok-rajin untuk mengerjakannya wrrrrrrr). Tentang amal yaumi, ini sangat bermasalah. Tentang hafalan, taka da bedanya dengan amal yaumi. Tentang TOEFL, yah… beberapa dia tak saya perhatikan. Tentang Turki, saya masih mengimpikannya J
Cemburu dan iri sekali dengan seorang yang berhasil memaksa dirinya untuk terus meningkatkan kualitas diri demi kebermanfaatannya di tengah-tengah masyarakat. Kuliahnya? Lancar syekali. Kolokium? Entah di jurusannya ada mata kuliah ini atau tidak, tapi saya yakin pasti baik-baik saja. Amal yaumi? Oh semua patut diajungi jempol. Hafalan? Josh! TOEFL? Ngomongnya cas cis cus sudah. Turki? Rasanya mudah jika memang kesana tujuan masa depannya.
Sejujurnya, saya tak tau siapa yang saya maksud pada paragraf sebelumnya. Tapi saya masih PD, bahwa masih ada muslim(ah) josh seperti dia. Banyak bahkan (aamiin). Entah apa makanan mereka, yang pasti mereka mendapatkan yang ‘banyak’ karena memang melakukan yang banyak. Saya? -_- tapi masih tetap cemungud J

Surabaya
24 Jumadil Akhir 1435 H


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh…

Pagi ini diawali dengan menutup mata dengan topi jaket saat mendengar pembicaraan antar panitia akhwat tatsqif yang diadakan oleh FSLDK Surya bertempat di kampus UWKS ( plesetannya “Universitas Wow Keren Sekali” wkwkw ) untuk mulai membangunkan peserta sekitar jam 02.00 WIB, berharap bisa menghindar dari ‘serbuan fajar’ itu wkwkw. Alhamdulillah jurus yang saya lancarkan berhasil, setidaknya bisa tetap menikmati tidur beralaskan lantai ini 25 menit lebih lama dari yang lain. Ehehe.
Kemudian aktivitas produktif pagi ini dilanjutkan dengan sholat tahajud, taubat, hajat dan ditutup dengan witir. Luar biasa ya akhwat-akhwat FSLDK Surya ini ehehe. Semoga istiqomah ya, ibadah luar biasa ini akan lebih baik jika dibiasakan #selftalk.
Beberapa menit setelah tilawah, adzan subuh menyapa sang fajar yang masih terlalu malu untuk menampakkan diri. Mulailah kami sholat subuh dan ber-al ma’tsurat ria. Dilanjutkan dengan entah kegiatan apa, yang pasti saya, mbak I***h, dek T**I dan dek R***a pulang duluan karena ada agenda lain #soksibuk.
Menyusuri jalan yang agak sepi. Senang sekali bisa bermanuver lamban kencang seperti siput Valentino Rossi (sekarang yang paling jago MotoGP siapa ya? #kudet). Jarang-jarang nih ber-motor ria pagi-pagi begini wkwkw.
Sampai di Keputih, mampir dulu menyapa ibu penjual nasi ehehe. Udah laper, kudu sarapan hari ini (efek gak sarapan berhari-hari). Nasi dan lauk dibungkus, cus pulang ke kos. Nyampek kos langsung makan dan Alhamdulillah kenyang. Ehehe.
Urusan perut selesai, urusan kepo belum. Kali ini saya punya partner, salah satu adek kos yang bernama N**i. Muter-muterin facebook sejak beberapa jam yang lalu akhirnya N**i nemu tulisan bagus. Tulisan menarik itu berjudul apa ya *mikir*. Lupa, pokoknya tentang urgensi bergerak. Intinya himbauan untuk bergerak, agar hidup lebih bermanfaat.
Setuju. Memang gak baik tidur terus. Apalagi kalau sudah tidur tapi tidur lagi. Capek. Pegel. Serius deh. Bukan sehat malah sebaliknya #selftalk. Tapi, kok rasa-rasanya akhir-akhir ini saya bergerak tapi diam ya #istighfar. Iya memang gak tidur. Iya memang gak seharian di kosan. Iya memang pagi-pagi udah ke kampus sampai malam. Tapi kok kolokium begitu-begitu aja ya. Tapi kok hafalan segitu-segitu aja ya. Tapi kok tapi kok tapi kok -___-
Yah ternyata saya baru paham. Pengertian bergerak pada tulisan hasil kepo di atas ternyata bukan definisi secara bahasa, tapi harfiah *tsah. Asal bergerak tapi tak bermanfaat, apalah artinya. Diem aja melototin laptop tiap hari, ternyata sedang kultwit status yang bermanfaat, sedang membuat slide presentasi, sedang mengerjakan tugas kuliah, sedang muroja’ah atau menambah hafalan dan lain-lain. Bukan asal bergerak, tapi gerak yang bermanfaat #selftalk #lagi.

Surabaya

1 Jumadil Awwal 1435 H
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Manusia hidup berdampingan dengan amanah. Rasanya hubungan keduanya sangat akrab sekali. Sampai-sampai tak ada sedetikpun waktu yang terlewati oleh amanah.  Dan sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha semaksimal mungkin memegang amanah tersebut sesuai kemampuannya *kemudian ngaca*
Biasanya amanah dekat sekali dengan profesi seseorang. Misalnya, mahasiswa dekat sekali dengan amanah sebagai seorang pengurus BEM, himpunan mahasiswa, LDJ atau organisasi lainnya. Dan untuk menunjang keuangan pribadi, mahasiswa seringkali mencari kucuran dana dari LBB. Yap! Dia memilih untuk menjadi seorang guru les. Itu juga amanah lo.
Nah! Ngomongin soal jadi guru les, Alhamdulillah saya baru saja dapet job baru wkwkw. Lumayan fee-nya. Alamatnya juga gak terlalu jauh dari Keputih.
Sebenarnya sih saya mau ngomongin Bapak tukang tambal ban, kok pembukaannya gak nyambung ya -_____-
Jadi, hari Kamis sore kemarin saya menuju Kenjeran untuk belajar bersama dengan adik les terbaru. Sekitar satu kilo sebelum sampai di rumah adek F, setir motor mulai bergoyang ke kiri dan ke kanan. Ternyata benar, ban depan dan belakang kempes pemirsah -_____-. Karena sudah hampir sampai (dan tidak tau tempat tambal ban, udah telat juga), jadi saya putuskan untuk terus saja melaju dengan setir yang bergoyang. Alhamdulillah sampai juga di rumah adek F tanpa harus mendorong motor ehehe. Pulangnya baru deh menuju gerobak ijo (sesuai dengan petunjuk adek F) untuk menambal ban. Awalnya gerobak tersebut tertutup rapat. Sempat berpikir bakal dorong motor sampai berkilo-kilo jauhnya (Kenjeran-Mulyosari lumayan lah ya). Alhamdulillah… bapak pemilik gerobak datang dengan harapan baru wkwkw.
Beberapa menit berlalu dan ban saya sukses tertambal. Ban belakang bocor, sedangkan ban depan hanya kempes saja. Total uang yang harus saya bayar adalah Rp. 7.000,- saja. Awalnya PD saja buka dompet tanpa berpikir aneh-aneh, karena saya percaya masih ada setidaknya lembaran merah disana (sepuluh ribuan maksudnya). Ternyata, hanya tergeletak dengan lemas selembar uang berwarna biru dengan gambar Pangeran Pattimura.
Dengan sedikit muka memelas, saya berkata kepada bapak pahlawan ban motor ini, Maaf, Pak. Ternyata saya tidak bawa uang. ATM BNI dimana ya, Pak?”. Dengan modal instruksi yang diberikan bapak pahlawan motor ini, saya berhasil narik duit biru cerah dari mesin yang disebut ATM. Pas kembali ke gerobak ijo, dengan bapak pahlawan ban motor didalamnya, saya menyodorkan uang biru cerah tersebut. Sayang bapak pahlawan ban motor ini menolak dengan berkata, “Ada uang kecil, Dek? Saya gak punya kembalian.” Walah pak, tau begini saya kan langsung pulang aja tadi gak pake balik wkwkw. Yah! Saya hanya bisa berjanji untuk membayar hari Selasa minggu depan. Dan bapaknya melepas saya dengan ikhlas. Alhamdulillah… hehe. Semua ini tidak terlepas dari tampang baik-baik saja wkwkw.

Surabaya
29 Rabi’ul Akhir 1435 H