Assalaamu’alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh…
Alhamdulillah.
Kali kedua saya menemui dokter gigi cantik biayanya tidak semahal pertama, dan
tidak semurah yang ketiga -___-
Pertama
kali ke klinik itu (14/02), dokter cantik hanya membersihkan gigi dan
memberikan saya obat untuk radang (entah radang entah pendarahan, tulisannya
tidak begitu jelas) dan nyeri biayanya Rp. 98.000,-. Ditambah antibiotik yang
harus beli ke apotek seharga Rp. 10.200,-. Alhamdulillah… obat nyerinya manjur,
hihi.
Kedua
kalinya (18/02) gigi unyu ini dibersihkan lagi (tidak seseram pencucian pertama
kali) dan ditambal sementara yang ternyata (baru saya tau) juga berfungsi
sebagai obat, jadi duofungsi gitu. Kata dokter cantik, obat ini memberikan efek
rasa kemeng pada gigi. Memang dua
hari setelah kunjungan kedua ke klinik ini, gigi terasa agak sakit jika beradu
dengan gigi di atasnya.
Ketiga
kalinya (22/02) dibersihkan zat penambal sementara (yang sudah mulai berwarna
kuning, mungkin efek kopi) yang melindungi lubang gigi dari amukan makanan yang
saya makan, dibersihkan hingga ke akar gigi (yang ini agak menyiksa),
disuntikkan obat cair (tapi kok gak sakit ya? Apa Cuma dialiri aja?) dan
ditambal kembali, masih tambal sementara. Dan warna bahan penambalnya pun masih
sama, putih. Demi suksesnya pengobatan ketiga ini saya harus merogoh kocek
sebesar Rp. 110.000,- yang membuat ibu bertanya,”Kok lebih mahal dari yang kedua?”. Karena prosesnya lebih panjang
kali ya #yakali.
Keempat
kalinya (26/02) dan ternyata belum terakhir. Kapas unyu yang dimasukkan sampai
ke akar gigi ternyata masih berwarna coklat kata dokter. Baru saya tau.
Ternyata selama penambalan sementara, dokter cantik memasukkan dua kapas unyu
hingga ke akar gigi. Dan warna dari kapas unyu ini yang akan menentukan
pertemuan terakhir saya dengan dokternya (untuk alasan penambalan gigi). Warna
hitam atau coklat mengindikasikan adanya bakteri yang masih betah berhabitat di
akar gigi saya. Jika telah putih warnanya, maka gigi saya siap ditambah
permanen.
Kelima
kalinya (5/03) daaaaaaannn warna kapas unyu telah putiiiiiiihhh
seputih-putihnya. Hehe *nyengir kuda*. Jadi, gigi saya siap untuk ditambal
permanen. Yes! Pertama, dokter membersihkan tambal sementara. Kemudian,
membersihkan gigi bolong ini sampai benar-benar sih. Kebayang kalau sampai ada
kotoran padahal sudah ditambal permanen #dih.
Langkah ketiga adalah menambalnya dengan suatu bahan yang warnanya sama dengan
gigi, putih agak transparan kekuningan dikit gitu lah pokoknya. Dan untuk
memeriksa apakah bahan tambal permanen ini berlebih atau tidak, saya diminta
untuk menggigit kertas hitam berukuran kira-kira 1 x 1 cm. Alhamdulillah…
(katanya sih) sudah pas. Rasa ganjal yang masih terasa akan hilang seiring
dengan kesuksesan tetangga gigi yang dahulunya bolong ini dalam proses
adaptasinya. Semua akan baik-baik saja (kata dokter). Percaya gak percaya sih. Karena (saya rasa)
pasti ada perpolitikan disini #apasih.
Mungkin saya telah dipolitiki sama dokternya sejak awal bertemu #apalagi. Dan untuk pertemuan terakhir
ini (untuk alasan penambalan gigi) biayanya sebesar Rp. 210.000,- yang hanya bisa
bayar sebesar Rp. 100.000,- malam itu wkwkw. Memang sih ya, tampang saya yang
polos ini cukup bisa menipu lumayan banyak orang :p Karena tak ingin gagal
masuk surge hanya gara-gara duit ce pek ceng, maka keesokan malamnya saya
kembali dan melunasi seua hutang saya hahaha
Rasanya?
Rasanya ditambal atau rasa tambal giginya? Rasanya ditambal itu seru banget. Ongkosnya
juga gak kalah seru. Kalau rasa tambal giginya…ummm…agak sedikit rishi sih
awalnya. Seperti ada yang ganjil waktu mengunyah atau melakukan aktivitas gigi
yang lain. Kalau pengen tau
detailnya, silahkan lubangi gigi Anda (bagi yang belum berlubang) lalu adukan
ke dokter gigi :p
Surabaya
1 Jumadil akhir 1435
H