Entah kenapa tiba-tiba banyak yang suka lagu ini, khususnya mbak-mbak dan temen-temen sebaya saya. Bisa jadi karena faktor umur dan lingkungan.
Untuk seorang gadis seusia saya (apalagi diatas saya), perbincangan tentang ‘pernikahan’ memang sedang hits. Meski saya menarik diri dari perbincangan semacam itu. Selain karena belum menemukan alasan atas pertanyaan ‘mengapa harus menikah di usia yang begitu muda?’ juga karena belum menemukan tanda-tanda ada yang akan bersedia menyanyikan lagunya Brian McKnight (saya yakin Anda tau lagu yang saya maksud tanpa membaca tulisan ini hingga selesai) untuk Bapak saya :P
Menikah adalah sunnah Rasul. Menikah melengkapi separuh agama. Ya, saya tau itu. Saya setuju. Sama sekali tidak membantah. Dan memang tidak ada salahnya menikah di usia muda. Dari awal saya tidak menyalahkan nikah muda. Hanya saja saya belum menemukan alasan untuk menikah di usia yang begitu muda, beberapa jam setelah hari wisuda sarjana misalnya. Bagi yang sudah menemukan alasan yang tepat, silahkan saja. Bagi yang belum seperti saya tapi sudah ada calonnya dan orang tua merestui juga saya persilahkan. Bagi yang belum menemukan alasan (apalagi calon), mari bersama kita berdoa dan ‘berusaha’ yang terbaik. Semoga kita dijodohkan dengan seseorang yang ‘klop’ banget sama kita. Aamiin.

#nyanyisyeeek
Sir, I am a bit nervous about being here today
Still not real sure what I am going to say
So bare with me please if I take up to much of your time
See in this box is a ring for your oldest
She is my everything and all that I know is
It will be such a relief if I knew that we were on the same side
Cause very soon I hoping that I can...

Marry your daughter make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me till the day that I die
I am gonna marry your princess and make her my queen
She’ll be the most beautifull bride that I’ve ever seen
I can’t wait to smile when she walks down the aisle
On the arm of her father on the day that I marry your daughter

She’s been here every step since the day that we meet
I’m scared to death to think what whould happen if she ever left
So you don’t ever worry about me ever treating her bad
I’ve got most of my vow’s done so far
So, bring on the better or worse and till death do us part
There’s no doubt in my mind
It’s time I’m ready to start
I swear to you with all of my heart
I’m gonna...

Marry your daughter make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me till the day that I die
I am gonna marry your princess and make her my queen
She’ll be the most beautifull bride that I’ve ever seen
I can’t wait to smile when she walks down the aisle
On the arm of her father on the day that I marry your daughter

The first time I saw her Iswear I knew that I’d say I do
I’m gonna...

Marry your daughter make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me till the day that I die
I am gonna marry your princess and make her my queen
She’ll be the most beautifull bride that I’ve ever seen
I can’t wait to smile when she walks down the aisle
On the arm of her father on the day that I marry your daughter


Probolinggo

26 Ramadhan 1435 H
Sebagai seorang anak rumahan yang jarang banget kemana-mana, saya baru tau rasanya takjil pas kuliah. Tau rasanya buka di masjid selain malam Nuzulul Qur'an juga pas kuliah. Tau rasanya beli minuman yang dijual di jalanan pas ngabuburit juga waktu kuliah. Pokoknya banyak hal baru yang saya rasakan waktu kuliah. Bersyukur banget bisa kuliah di luar kota. Jadi gak terlalu kampungan gitu :P
Di masjid dekat rumah (iya masjid bukan musholla), gak pernah ada yang namanya takjil. Mungkin di kota yang berjarak sekitar 10 km dari rumah ada budaya berburu takjil. Sayang sekali, mulai dari kecil sampai hampir lulus kuliah begini belum ada budaya itu di lingkungan rumah. Bukan karena tidak ada yang mau mengantarkan makanan ke masjid, tapi hanya waktunya aja yang berbeda.
Budaya yang berlaku disini adalah budaya mengantarkan makanan saat tarawih dan tadarrus, tapi tadarrusnya hanya waktu malam hari dan ikhwan only. Karena ekonomi masyarakat disini menengah kebawah, maka tidak setiap hari ada yang mengantarkan makanan. Kadang banyak karena beberapa orang ngirimnya barengan, kadang gak ada sama sekali. Untuk menyiasatinya, dibuatlah jadwal pengiriman makanan untuk tarawih dan tadarrus. Setiap warga yang rumahnya dekat dengan masjid atau orang tua dari anak yang mengaji di masjid ini diberitau kapan mereka harus mengirim makanan tersebut. Untuk tarawih biasanya hanya berupa makanan ringan, misal krupuk atau kue-kue kecil. Kalau tadarrus biasanya makanan berat, nasi, bubur, dan semacamnya.
Sebenarnya disini juga ada budaya buka puasa di masjid, tetapi hanya pada hari Nuzulul Qur'an yaitu tanggal 17 Ramadhan yang juga sengaja ditepatkan dengan khatamnya tadarrus Al Qur'an. Selain hari itu, kami berbuka di rumah bersama keluaga masing-masing.
Selain dua 'anomali' budaya di atas, ada satu lagi budaya disini yang berbeda dengan kebanyakan daerah lain. Pada waktu menjelang berbuka, saat banyak orang sedang ngabuburit, pinggiran jalan ramai oleh penjual takjil atau buka puasa. Disini? Adem ayem. Bakso, mie ayam, mie goreng dkk memang masih buka. Tapi, tidak ada kios dadakan penjual takjil atau buka puasa disini. Situasi aman terkendali wkwkw
Tiap daerah punya budaya Ramadhan-nya masing-masing. Jangankan beda negara, beda wilayah meski masih satu provinsi aja budaya bisa berbeda 180 derajat. Beda tidak selalu berarti lawan. Dengan perbedaan, semakin berwarna dunia kita, dan tentu menjadikannya semakin indah :)

Probolinggo
26 Ramadhan 1435 H