Belajar Mengaji


Assalamu'alaikum :)
Alhamdulillah... baru dari rumah Ustadz Maknun untuk belajar mengaji. Mengaji apa? Mengaji Al-Qur'an. Bersama Mbak Zeni sekitar jam 8 pagi dan disambut dengan lantunan ayat Al-Qur'an dari temen-temen yang sudah datang lebih dulu. FYI, baru pertama kali ini saya mengaji di rumahnya Ust Maknun. Yaa agar istiqomah maka harus ada yang 'maksa'. Kalau hanya mengaji sendiri, godaan untuk melalaikan ibadah ini sangat besar. Apalagi jika iman sedang turun. Sehari bisa-bisa tidak membuka Al-Qur'an sama sekali, hanya dibawa-bawa saja. Astaghfirullaah...


Paragraf pertama di atas hanya sebagai informasi saja buat temen-temen yang ingin tau aktivitas saya di hari libur ini. Haha. Sebenarnya saya bisa pulang kampung dan bolos mata kuliah Dinamika Kimia besok. Tetapi, karena ada momen penting di akhir pekan, saya memilih untuk mengurungkan niat tersebut. Minggu depan saja bolosnya. Hehe. Momen apa sih? Insya Allah momen pemilihan ketua umum (ketum) baru Jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS periode 2013/2014. Musyawarah yang akan menentukan ketum baru JMMI ITS ini akan dilaksanakan insya Allah hari Ahad, 1 Rajab 1434 H. Jika saya pulang, maka saya akan kehilangan momen ini. Padahal, momen penting ini sudah saya tunggu sejak lama. Entah sudah berapa lama. Yang pasti saya ingin tau proses musyawarahnya. Semoga lancar jaya dan barokah untuk acaranya. Aamiin.
Hari ini saya ingin berbagi (dibaca: curhat) tentang dua kata yang sangat berkaitan, yaitu kesadaran dan tindakan. Akhir-akhir ini saya merasa menyadari banyak hal. Bahwa saya terlalu membesarkan masalah kecil dan meremehkan masalah besar. Bahwa saya terbiasa untuk mengedepankan kehidupan duniawi. Bahwa saya lebih semangat melakukan suatu hal jika mendapatkan imbalan berupa atribut duniawi. Tiga 'bahwa' tersebut hanya beberapa hal buruk yang saya sadari telah bersarang dalam diri saya sejak lama. Ternyata memang kualitas diri saya buruk sekali. Tulisan ini ditulis bukan untuk menjelek-jelekkan diri saya. Tapi, salah satu tujuannya adalah agar saya malu dan mulai memperbaikinya. Nah memperbaiki yang telah disadari inilah yang saya sebut tindakan di kalimat pertama paragraf ini. Saya sadar, tetapi tidak juga bertindak. Saya sadar rasanya sudah lumayan lama, tapi baru mengambil tindakan dari beberapa kesadaran yang telah timbul dalam diri. Ya! Baru beberapa. Belum semuanya karena mungkin saking banyaknya hal buruk tersebut. Astaghfirullah...
Kesadaran terhadap sesuatu yang salah atau keliru akan membuat kita terbiasa untuk menerima hal error tersebut. Seperti yang telah dan sedang saya alami saat ini. Seakan sadar saja sudah cukup, padahal sama sekali tidak. Bertindakpun rasanya masih kurang jika tidak diistiqomahkan dan tidak ditujukan hanya untuk mendapat ridho Allah SWT. Maka, jika kesadaran itu telah ada, maka langkah selanjutnya adalah memperbaikinya. Karena sadar sungguh sangat tidak cukup. Taubat nasuha adalah kesadaran yang berlanjut menjadi sebuah tindakan. Sadar telah melakukan suatu dosa, meminta ampun kepada Allah SWT, lalu bertindak yaitu tidak mengulangi lagi. Begitu kan? :)
Alhamdulillaah... lega rasanya sudah menulis. Mengungkapkan yang sebelumnya hanya ada di hati dan pikiran ke dalam bentuk sebuah tulisan. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Aamiin.

Surabaya
28 Jumadil Tsani 1434 H

1 komentar:

Mochamad Nur Qomarudin mengatakan...

Aslmkmwrb. Mbak, apa boleh sy diberi tahu alamat rumah ust. Baitul Maknun? Terimakasih bnyk sblumnya, boleh dikirim via email: alfiyahibnumalik@gmail.com

Posting Komentar

Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^