Assalamualaikum
:)
Hari
Ahad ini cukup melelahkan, tapi memberi pelajaran yang berharga meski
melalui kegiatan yang biasa-biasa saja. Alhamdulillah... segala puji
bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Tuhan Yang Maha Segalanya, Tuhan Yang
Maha Suci, Tuhan Yang Maha Bersih.
Sekitar
jam 09.00 WIAAS (Waktu Indonesia bagian Asrama As-Shulha) saya
mengajak teman sekosan untuk menguras kamar mandi yang sudah sangat
sangat butuh untuk dibersihkan. Noda-noda hitam berada dimana-mana.
Memang tidak sampai lumutan sih, tapi tetap saja. Jika ada orang lain
(yang bukan penghuni asrama) melihatnya, pasti dalam hatinya dia
berkata,”Anak asrama sini jorok-jorok ih.” Begitu mungkin. Memang
sih, sangat kotor tadinya.
Nah
karena edisi menguras kamar mandi beberapa minggu yang lalu saya
tidak ikutan, jadi saya merasa sekarang adalah giliran saya. Merasa
tidak enak ketika menggunakan kamar mandi tapi tidak ikut
membersihkannya.
Jadilah
kami berempat, yaitu saya, Nafi, Eli dan Karim (cewek!) menguras
kamar mandi yang sudah bulukan itu. Sebelumnya ke Sakinah Supermarket
dulu membeli obat pembersih porselin. FYI, harganya Rp. 10.000,-
isinya 800 mL.
Luar
bak mandi tidak terlalu parah kotornya, meski ada beberapa sampah
yang berserakan disana (Iyaa, memang jorok, tetapi bukan saya yang
buang sampah disitu -___-). Yang luar biasa kotor itu di bak
mandninya. Kuotor luar biasa. Sampek-sampek harus disikat beberapa
kali agar terlihat lebih bersih dari sebelumnya, meski tidak bisa
bersih seperti sedia kala waktu belum terpakai.
Sekitar
jam 12.00 WIAAS kegiatan sosial itu selesai. Alhamdulillah sudah
menjadi kamar mandi yang enak dipandang mata dan enak digunakan untuk
mandi dsb.
Tiga
pelajaran yang saya ambil dari kegiatan sosial ini.
Pertama,
tentang
keikhlasan. Yang memakai kamar mandi ini bukan hanya kami berempat,
tapi banyak. Beberapa sudah menguras beberapa minggu yang lalu.
Beberapa sepertinya belum pernah menguras sama sekali (su'udzon).
Waktu berada di dalam bak mandi (iya, nyemplung!) saya memikirkan
sesuatu. Waktu itu saya sudah cukup capek, tapi tidak ingin berhenti
menguras sampai selesai karena kok rasanya asyik gitu. Saya dan teman
yang lain mengorbankan waktu untuk menguras kamar mandi. Apakah
kegiatan ini akan menjadi ibadah? Itu yang saya pikirkan. Tiba-tiba
datang sendiri jawabannya. Jika dilakukan karena
Allah
insya
Allah dicatat sebagai ibadah. Aamiin. Jantung menjadi tenang kembali,
sehingga kerja menjadi lebih enak dan enteng.
Kedua,
tentang
prasangka. Dinding bak mandi yang kotor membuat saya pesimis bisa
membersihkannya sampai kinclong. Ternyata setelah benar-benar
disemprot obat dan disikat, ternyata bisa bersih. Tadinya benar-benar
saya rasa tidak bisa bersih. Sebenarnya itu bukan perasaan atau
pikiran, tapi prasangka. Katanya sih, kebanyakan orang berprasangka,
bukan berpikir apalagi merasakan. Itulah penyebab lebih banyak orang
gagal daripada yang sukses meraih impiannya.
Ketiga,
tentang
totalitas. Entah kerak atau apa itu namanya, atau saya namankan itu
kotoran saja. Kotoran yang menempel kuat di dinding bak mandi itu
lumayan susah untuk dibersihkan. Rasanya pengen sekedarnya saja, asal
lumayan bersih saja. Tapi, kok ternyata bisa lebih bersih. Meskipun
sudah capek saya memutuskan untuk terus menyikatnya sampai tidak bisa
lebih bersih lagi hahaha. Dan cling... lumayan kinclong.
Alhamdulillah...
Memang
yaa, pelajaran berharga tidak selalu datang dari kegiatan yang
“Wowww”. Tapi, dia datang karena kita berpikir. Percuma melakukan
kegiatan yang “Wowww” jika kita tidak memikirkan pelajaran yang
didapat dari kegiatan tersebut. Okee sip. Quote
(panjang) yang bagus :D
Tiga
pelajaran berharga insya Allah akan coba saya terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Semoga sukses buat saya dan buat kalian juga.
Aamiin :)
Surabaya
24
Syafar 1434 H
2 komentar:
Sepertinya bisa disewa untuk membersihkan kamar mandi pondok saya :D
Ehem...bisa... Tergantung money money money hahaha #HidupMoney :D
Posting Komentar
Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^