100 Hari Belajar Bersama Zahra


Assalamu'alaikum :)
Persaingan semakin cepat pemirsaaahhh... Persaingan apa? Persaingan antara saya dan teman saya dalam dunia tulis-menulis. Kami sepakat untuk memberi penghargaan kepada salah satu diantara kami yang berhasil menulis postingan terbanyak di akhir tahun. Yap! Perjalanan masih panjang dan terlalu dini untuk menyerah. Wkwkwkw...
Beberapa hari atau bahkan bulan ke depan rasanya saya tidak akan bingung hendak menulis apa. Terinspirasi dari sebuah blog (ini blognya) yang baru beberapa menit yang lalu saya baca, beberapa postingan akan mengisahkan seorang gadis (bukan saya!) yang sedang berusaha untuk menjalani kehidupannya dengan damai. Peaceee... dan insyaAllah akan selalu ada nilai kehidupan yang bisa dipetik dari kisahnya.
Okee. Kisah si gadis akan dimulai dari postingan ini. Dengan sengaja dan penuh kesadaran, kisah ini diberi judul “100 Hari Belajar Bersama Zahra”.


Hari Pertama
Zahra, gadis pendiam, terkadang rame, terkadang juga tidak jelas, sedang merenung. Apa saja yang dia lakukan selama ini? Kok sampai umur hampir berkepala dua begini dia tidak juga mendapatkan suatu prestasi yang bisa dibanggakan. Apakah waktu yang diberi oleh Allah kepadanya hanya digunakan untuk bermain-main saja? Zahra masih diam. Sendirian di suatu taman.
Hari ini tanggal 22 Jumadil Awal 1434 H atau 2 April 2013 M, dan sedari tadi pagi kegiatan Zahra hanya kuliah, diselingin kegiatan biasa seperti sarapan, bercanda dengan teman, tidur, melamun dan sebagainya. Tidak ada yang istimewa di hari ini.
Jam 12.40 WITS (Waktu Indonesia Bagian ITS) kegiatan rutin (kuliah) Zahra telah selesai. Setelah keluar dari ruang kelas, Zahra menuju tempat yang sejuk. Yes! Masjid Manarul Ilmi ITS. Zahra adalah salah satu dari sekian ribu mahasiswi ITS Surabaya. Disana dia, seperti muslim yang lain, sholat dan berdoa. Berdoa sehabis sholat tidak boleh ketinggalan. Karena, Zahra punya permintaan yang harus dia sampaikan sesering mungkin (minimal 7 kali sehari) kepada Allah SWT. Dia ingin kuliah di luar negeri. Yes! Jepang. Mengapa Jepang? Dengan kemajuan teknologi yang pesat di negara itu, nilai-nilai penting seperti kebersihan dan kedisiplinan diterapkan disana. Padahal, muslim hanya beberapa persen disana, menjadi minoritas, berbeda dengan muslim di Indonesia yang menjadi mayoritas. Sesederhana itu alasan Zahra ingin kuliah di Jepang. Semoga Zahra bisa melanjutkan studi S2 ke Jepang dengan beasiswa. Aamiin.
Zahra bingung. Luar biasa bingung. Tapi dia tetep kalem. Banyak yang harus dipersiapkan untuk bisa mendapatkan beasiswa ke Jepang. Apa saja? Yang dia tau, nilai TOEFLnya harus di atas 500 dan tentu nilai akademiknya harus bagus. IPK di bawah 3.5 rasanya akan sulit untuk mewujudkan impiannya itu. Dua syarat itu saja dulu, syarat-syarat yang lain belakangan dulu. Zahra masih fokus pada dua syarat itu. Begitu berat rasanya. Tapi, terlalu dini untuk menyerah. Dini pun rasanya juga tidak mau menyerah sedini ini. Siapa Dini? I don't know hahaha
Apa yang akan dilakukan Zahra untuk memenuhi dua syarat itu? Pertanyaan tersebut akan terjawab pada hari berikutnya. Cerita dari Zahra cukup sampai disini dulu.

Okee. Tunggu episode selanjutnya yaa :) Saran dan kritik yang membangun ditungguuu...
Wassalamu'alaikum :)

Surabaya
22 Jumadil Awal 1434 H

0 komentar:

Posting Komentar

Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^