Menyenangkan Allah SWT dan Rasulullah SAW


Assalamu’alaikum J
MERDEKA! Hehe. Terinspirasi lagi oleh seorang dosen ITS yang keren Bapak Abdullah Sahab tadi sore dalam acara Labortorium Sintesis Qolbu (LSQ) yang diadakan oleh LDJ Chemistry Islamic Studies Kimia ITS tentang seseorang yang merdeka. Bagaimanakah ciri-ciri orang yang merdeka tersebut? Akan saya jawab dengan kisah berikut.

www.tumblr.com

Ada seorang anak dan ayahnya sedang bepergian ditemani seekor keledai kecil. Sang ayah duduk di atas keledai dan anaknya berjalan kaki. Di suatu tempat mereka bertemu dengan beberapa orang penduduk wilayah tersebut dan berkatalah salah seorang dari mereka, “Ayah ini kok egois sekali yaa. Masa dia naik keledai sedangkan anaknya disuruh berjalan kaki.” Karena disindir seperti itu, sang Ayah akhirnya menyuruh anaknya naik keledai tersebut dan dia berjalan kaki. Bertemu lagi pasangan Ayah dan anak ini di suatu wilayah yang lain dengan beberapa orang penduduk dan berkata salah seorang dari mereka, “Anak yang kurang ajar. Masa Ayahnya disuruh jalan kaki dan dia naik keledai.” Perkataan tersebut membuat Ayah dan anak ini memutuskan untuk tidak naik keledai selama perjalanan. Untuk yang ketiga kalinya mereka dikomentari lagi oleh seorang penduduk di wilayah yang lain. Dia berkata, “Ayah dan anak ini bagaimana sih. Punya keledai tapi kok tidak dinaiki.” Komentar tersebut membuat Ayah dan anak akhirnya setuju untuk naik keledai saja, tidak ada yang berjalan kaki lagi. Lagi-lagi, komentar orang tidak enak terhadap mereka. “Ayah dan anak ini bagaimana sih. Keledai sekecil itu kok dinaiki berdua. Nggak kasian keledainya apa?”. Begitulah 4 komentar yang mereka bertiga (Ayah, anak dan keledai) ini dapatkan dari beberapa orag yang berbeda. Apa kesimpulan dari cerita ini? Okee saya jawab saja sendiri yaa. Kita, manusia, tidak bisa menyenangkan semua hati sesama kita. Ketika melakukan sesuatu, baik itu sesuatu yang bermanfaat atau tidak, pasti ada yang pro dan kontra. Jadi, kesenangan orang terhadap kita tidak bisa menjadi ukuran buruk dan baiknya kita. Lalu apa parameter yang bisa digunakan untuk mengetahui kualitas kita sebagai manusia? Tentu penilaian dari Allah SWT dan Rasulullah SAW J
Apakah cerita di atas menjawab pertanyaan yang ada di atasnya? Belum yaa? Haha. Jadi, jawabannya adalah orang yang merdeka itu tidak tergantung pada penilaian orang lain terhadap dirinya. Tetapi, penilaian Allah SWT dan Rasulullah SAW lah yang menjadi parameter kualitas dirinya. Masya Allah yaa. Hebat sekali orang yang bisa melakukan hal tersebut. Jadi, tugasnya tidak lagi menyenangkan hati sesamanya tetapi menyenangkan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Saya jadi teringat sebuah kalimat inspiratif berikut:

Perbaikilah akhiratmu, maka Allah SWT akan memperbaiki duniamu.
Perbaikilah yang tersembunyi, maka Allah SWT akan memperbaiki yang tampak darimu.
Perbaikilah niatmu, maka Allah SWT akan memperbaiki amal-amalmu.
Perbaikilah hubunganmu dengan Allah SWT, maka Allah SWT akan memperbaiki hubunganmu dengan sesamamu.

Maka, dengan menyenangkan Allah SWT dan Rasulullah SAW, secara ‘ajaib’ manusia akan senang kepada kita. Dan hukum ini tidak berlaku sebaliknya. Dan berhatilah-hatilah ketika hati kita terpacu untuk menyenangkan hati sesama kita. Tolak ukur seorang muslim harusnya adalah kesenangan Allah SWT dan Rasulullah SAW terhadap kita. Saya tau ini susah karena kebiasaan kita yang selalu ingin menyenangkan hati orang lain, tetapi harus tetap kita coba yaa. Okee J

Surabaya
16 Jumadil Akhir 1434 H

0 komentar:

Posting Komentar

Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^