Study Oriented!


Assalamu'alaikum :)
Kembali dengan keheningan, rintik hujan dan rasa rindu untuk menulis. Kali ini saya akan sedikit curhat (lagi). Mungkin akan lebih banyak curhat di tulisan-tulisan berikutnya. Sebenarnya, saya membutuhkan saran. Ada banyak masalah yang tidak bisa (dibaca: mau) saya putuskan hanya dengan menggunakan pikiran dan perasaan saya sendiri. Saya butuh saran lebih banyak sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan segala sesuatu yang akan saya lakukan. Dengan menulis di blog seperti ini mungkin saya tidak akan mendapatkan banyak saran. Tapi, biasanya saya akan sedikit lega ketika yang pikiran perasaan tidak hanya tercipta dan mengendap gak jelas dalam diri. Dengan mengungkapkan masalah yang sedang dialami, seseorang memang cenderung lebih lega. Saya belum tau kenapa. Mungkin ada yang tau? :)
Masalah yang saya hadapi adalah berupa kebingungan dan kegalauan tentang hidup yang akan saya jalani di semester-semester selanjutnya. Tentu keputusan ini akan menentukan aktivitas-aktivitas yang akan saya lakukan di hari-hari berikutnya. Ini tentang suatu hal yang belum pernah terpikirkan untuk saya jalani di kehidupan kampus saya. Study oriented menjadi salah satu dari dua pilihan yang membingungkan. Pilihan lain adalah kebalikan dari pilihan ini. Beberapa waktu lalu Ibu Sri Fatmawati, dosen Kimia FMIPA ITS, mendapatkan penghargaan dari program “Science for Women”. Beliau pergi ke Paris untuk menerima penghargaan itu. Penghargaan itu berada di tingkat internasional dan hanya 15 wanita yang mendaptkannya. Tentu saja itu sesuatu yang WOW dan saya ingin menjadi seperti beliau. Saya ingin menjadi peneliti. Dan untuk mencapai tujuan itu, saya ingin melalui kehidupan kampus jenjang 2 dan 3 (dibaca: S2 dan S3) di negara yang juga menjadi tempat belajar beliau setelah mendapat gelar sarjana yaitu Jepang. Negara itu menjadi impian saya untuk jenjang kehidupan kampus berikutnya. Saya ingin sekali kuliah disana.
Impian besar saya itu membutuhkan perjuangan yang mungkin berat. Dan tentu butuh fokus dan waktu yang lebih banyak untuk belajar. Sedangkan organisasi akan menyita waktu kita. Menjadi mahasiswa organisator harus rela membagi waktu belajarnya untuk organisasinya. Inilah yang menjadi pertimbangan saya untuk menjadi manusia kampus study oriented. Tidak ada lagi organisasi, tidak ada lagi proker (program kerja), tidak ada lagi aktivitas lain selain belajar ilmu kimia dan agama tentunya. Di sisi lain, saya teringat sabda Rasulullah SAW, manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Sebelumnya saya berencana untuk bergabung dengan Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) JMMI ITS yang salah satu program kerjanya adalah membantu kampus-kampus lain untuk membantu Lembaga Dakwah Jurusan (LDJ) dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) mereka agar berfungsi dengan baik. Apalgi sekarang JMMI ITS menjadi PUSKOMDA (Pusat Komunikasi Daerah) untuk provinsi Jawa Timur yang tentu ini adalah amanah besar bagi kami dan akan semakin banyak yang kami lakukan disini. Saya akan berguna disana. Jika saya memilih option ini, meski tidak menjadi manusia terbaik, setidaknya saya akan berguna bagi orang lain. Sedangkan jika saya memilih untuk study oriented, yang saya lakukan hanyalah belajar (dibaca: kuliah). Dan (sepertinya) semakin kecil kemungkinan saya menjadi manusia terbaik. Entahlah yaa... tetapi begitulah menurut pikiran saya saat ini. Menurutmu bagaimana?

blogs.adobe.com

Semoga Allah SWT segera memberikan petunjuk, sehingga kegalauan ini tidak lagi menghantui saya. Semoga hal yang sama juga terjadi pada kawan-kawan semuanya. Semoga masalah kita cepat menemukan solusinya. Aamiin. :)
Wassalamu'alaikum...

Surabaya
25 Jumadil Awal 1434 H

0 komentar:

Posting Komentar

Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^