Belajar Menjadi Orang Tua Sejak Dini


Assalamualaikum 
Maaf yaa saya postingnya tiap hari. Hihi :D
Sudah sangat lama saya tidak menulis (atau mengetik) karena pengaturan waktu dan energi yang buruk. Tugas kuliah tidak banyak, tapi karena belum terampil menggunakan waktu dan energi yang saya, beberapa hal terjadi tidak sesuai dengan yang saya inginkan. Inginnya menulis (atau mengetik) setiap hari, tapi nyatanya tulisan saya yang terakhir adalah di bulan Nopember. Nah disaat minggu tenang seperti inilah (hampir) semua hal yang sempat terlintas (ataupun berdiam agak lama) dalam hati saya meminta untuk dituangkan dalam sebuah tulisan.
Di atas kasur, di depan televisi yang sedang menayangkan kartun Spongebob Square Pants, jari-jari saya bermain-main dengan kotak-kotak ketik pada keyboard laptop. Dan outputnya adalah tulisan yang menceritakan tentang adek saya bernama Bambang (nama lengkapnya Mohammad Hasan Martadini) ini.

Mohammad Hasan Martadini, 11 tahun

Adek saya, adalah seorang anak laki-laki berumur 11 tahun (lahir tanggal 23 Maret 2001) yang memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik. Temannya banyak, sehingga lingkungannya pun luas dan beragam. Yang saya khawatirkan, dia (sepertinya) belum tau cara memfilter pengaruh yang datang dari lingkungannya. Karena (sepertinya) orang tua saya tidak mengajarinya tentang hal itu. Mungkin karena mereka juga tidak tau caranya. Dan saya juga tidak tau.
Gaya hidup anak muda jaman sekarang membuat saya mengkhawatirkan adek saya yang masih kelas 6 SD ini. Saya ingin membentenginya dengan agama agar dia menjadi anak yang bisa “diharapkan” oleh (minimal) keluarganya. Minta doanya semoga saya sukses yaa. Aamiin 
Sepertinya tantangan saya untuk “menaklukkan” adek saya lumayan berat. Beberapa diantaranya :
Pertama, hubungan saya dengan adek tidak romantis. Dari kecil saya sudah menjadi musuh bebuyutannya. Saya dan dia terbiasa berselisih. Saya akui itu kesalahan saya. Sedari kecil saya mengajarinya untuk membantah kata-kata saya. Sedari kecil saya mengajarinya untuk bertengkar dengan saya. Sedari kecil saya mengajarinya untuk tidak menghormati saya. Dan dia mempelajari semua itu dengan baik. Alhamdulillah -_______-.
Kedua, saya berada jauh darinya. Dia di Probolinggo, di rumah tercinta. Sedang saya di Surabaya, di kosan tercinta. Sehingga interaksi terjadi tidak secara langsung dan tidak romantis. Hubungan kami tidak terlalu baik jadinya. Hubungan yang tidak romantis diantar kami bertambah parah dengan frekuensi bertemu yang kecil (maaf jika kata-katanya kurang pas :D).
Ketiga, orang tua rasanya tidak dapat membantu saya. Mereka (sepertinya) tidak tau bagaimana mengajari adek untuk memfilter pengaruh-pengaruh dari lingkungannya. Mungkin mereka tidak tau. Dan saya juga tidak tau. Lalu apa? -_____________-
Okee... ada 3 tantangan, dan saya baru menemukan 2 cara untuk menghadapinya.
Pertama, PDKT (PenDeKaTan) dengan adek saya yang paling ganteng tersebut. Dan minggu tenang ini rasanya adalah waktu yang tepat. Dia punya banyak sekali aktivitas: bermain, bermain, bermain dan mengaji. Humf... Tapi pasti ada waktu untuk bisa dekat dengan adek terkecil dan terimut saya, Bambang, ini. Bismillahirrohmanirrohim...
Kedua, membaca banyak buku tentang mendidik anak yang baik. Saya sudah punya satu majalah yang membahas tentang hal itu. Harganya Rp. 25.000,- dan Alhamdulillah diberi 3 majalah lagi sebagai bonusnya :D. Sebenarnya majalah bonus tersebut adalah majalah yang sudah dipajang berhari-hari bahkan berminggu-minggu (atau mungkin berbulan-bulan) alias majalah yang tidak laku. Padahal isinya (sepertinya) bagus. Majalah Hidayatullah yang isinya sudah bisa ditebak tentang apa. Mungkin karena minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, sehingga puluhan majalah edisi tahun lalu tersebut masih terpajang disana sampai sekarang. Atau mungkin bahasannya yang menurut masyarakat kurang menarik. Entahlah...
Dua jurus yang insyaAllah akan dilaksanakan mulai hari ini. Berusaha sambil berdoa, bukan berusaha lalu berdoa. Saya yakin, Allah pasti memperlancar semuanya. Kesuksesan ini (rasanya) akan menjadi penentu masa depan anak saya kelak. Jika saya sukses mendidik adek, insyaAllah saya juga akan sukses mendidik anak saya nantinya.
Sukses untuk misi penting saya ini. Aamiin

Probolinggo
09 Syafar 1434 H

0 komentar:

Posting Komentar

Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^