Semesta Selalu Menuju Ketidakteraturan



Assalamualaikum J
How’s your day? Beautiful? Alhamdulillah ^_^
Di hari yang katanya akan terjadi kiamat ini, saya ingin menjabarkan kalimat yang dilontarkan oleh dosen saya menjadi sebuah tulisan yang insyaAllah bermanfaat. Saat kuliah Organisasi dan Manajemen Laboratorium di ruang J115 Kimia Fmipa ITS Surabaya hari ini jam 07.00 WITS, dosen saya yang bernama Bapak Suprapto mengatakan kalimat yang menginspirasi tulisan ini. Kalimat kira-kira begini,”Perubahan dari suatu hal dengan entropi yang besar (tidak teratur) menjadi suatu hal dengan entropi yang kecil ( hampir teratur) membutuhkan energi. Akan berbeda jika kita menginginkan sebaliknya.” Ummm. . .sebenarnya kalimatnya tidak sekeren itu sih hihi. Tidak apa-apa lah yaa. Yang penting tulisan ini enak dibaca. Sip.
Nah. . .dalam tulisan ini saya ingin menyambungkan antara kalimat dari salah satu dosen yang paling sabar itu dengan ibadah. Bagaimana keadaan ibadahmu kawan? Sudah teraturkah? J

Semesta yang teratur (http://shobru.wordpress.com)

Agar ibadah teratur, kita membutuhkan energi. Energi yang tidak kecil, karena seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini, termasuk manusia, selalu menuju ke ketidakteraturan. Jadi, wajar jika kita merasa tidak mudah untuk beristiqomah (teratur, dalam pemahaman saya) dalam hal ibadah. Ada saja alasan yang mengarahkan kita menuju ketidakteraturan tersebut. Misalnya, ibadah sholat tahajud. Kita harus mengeluarkan energi yang cukup besar untuk melaksanakannya teratur setiap hari. Energi yang dikeluarkan tidak hanya untuk bangun, berjalan menuju kamar mandi dan aktifitas fisik lainnya. Tapi juga untuk aktifitas mental seperti melawan nafsu untuk menikmati tidur. Sungguh butuh energi yang cukup besar. Tapi, jangan khawatir kawan-kawan. Jika niat kita sholat tahajud untuk mendapatkan ridho Allah, pasti Sang Empunya Energi itu tidak akan pelit untuk memberikan energiNya kepada kita. Jadi, ketidakteraturan kita menjalankan ibadah bukan karena Dia tidak member kita energi, tapi karena kita tidak mau menerima energi tersebut. Tidak mau menerima energi bisa diartikan tidak lurus niatnya, tidak ada kemauan untuk menteraturkan ibadah dan yang lain.
Kok menuju ketidakteraturan sih? Kenapa tidak sebaliknya saja? Yap! Begitulah semesta. Tidak terjadi berdasarkan yang diinginkan, tetapi yang dibutuhkan. Jika semesta menuju keteraturan, berarti tidak membutuhkan energi untuk menuju kesana. Dan kita tidak akan tau pemenangnya. Pemenang adalah dia yang berhasil menuju keteraturan itu. Pemenang adalah dia yang bisa melakukan suatu hal yang jarang bisa dilakukan oleh kebanyakan orang. Jadi, kita wajib bersyukur karena semesta selalu menuju ketidakteraturan J

2 komentar:

Didikz mengatakan...

Bukannya semesta itu sudah sunnatullah teratur ya? CMIIW
tapi kalo manusianya sih emang dinamikanya gitu :)

senang bisa baca postingannya dyah lagi :)

Tekno Muslim

Anonim mengatakan...

WIh banyak nulis yaa..
:)

Posting Komentar

Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^