Assalamualaikum
:)
Selamat
pagi dan selamat berbahagia pagi ini kawan. Bukankah bahagia adalah
perasaan yang ingin kita rasakan setiap saat? Yuuu berbahagia ^_^.
Selamat
berbahagia juga buat Ibu-Ibu di seluruh dunia. Semoga amal ibadahmu
diterima oleh Allah dan dosa-dosamu terampuni. Maaf tidak lagi
berarti rasanya ketika hal itu aku ucapkan berkali-kali untuk
kesalahan yang sama. Doakan aku agar bisa benar-benar meminta maaf
kepadamu Ibu. Atas diri yang belum bisa menjadi anak yang selalu
berbakti kepadamu. Semoga Allah selalu melindungimu. Aamiin.
Untuk
Bapak, terima kasih atas kasih sayangmu yang tak kalah besar dengan
kasih sayang Ibu terhadapku. Aku juga mencintaimu. Meski katanya
derajat Ibu tiga tingkat diatasmu, bagiku kalian adalah sama. Sama
berharganya, sama besar kasih sayangnya, dan sama besar
pengorbanannya.
Bapak,
Ibu. Semoga Allah SWT adalah satu-satunya alasan atas terus
bertumbuhnya rasa kasih sayang diantara kita. Aamiin ^_^
www.baitul-hikmah.com
Akhir-akhir
ini saya menyadari sesuatu. Selalu mengganggu setiap teringat. Hanya
satu jalan agar dia tidak mengganggu lagi, yaitu bersyukur. Karena
sesuatu yang mengganggu itu adalah rasa tidak bersyukur. Banyak
sekali nikmatNya yang belum saya syukuri. Termasuk nikmat kasih
sayang Bapak dan Ibu. Saya setuju dengan pernyataan,”Kita tidak
akan tau betapa berarti suatu hal sampai kita kehilangan hal itu.”
Sungguh saya tidak ingin mengalami hal itu. Saya ingin tau betapa
berartinya Bapak dan Ibu sebelum saya kehilangan kalian. Kalian akan
pergi, saya yakin itu. Semoga Allah SWT mengijinkan saya untuk
membahagiakan kalian sebelum raga kita berpisah. Aamiin.
Sudah
sejak lama saya tau bahwa kasih sayang dan pengorbanan Bapak dan Ibu
sangat besar. Tapi hal itu sepertinya hanya berhenti di pikiran saja.
Hanya sedikit yang lolos menuju hati. Artinya, saya tidak benar-benar
merasakan besarnya kasih sayang dan pengorbanan mereka. Hanya
beberapa persen dari seluruhnya yang berhasil saya rasakan. Apakah
hal itu juga terjadi pada kalian? ^_^
Setelah
saya hitung-hitung, rasanya selama ini tidak lebih dari lima kali
saya bersyukur atas terhidangnya sarapan, makan siang dan makan malam
di meja makan tanpa harus memasak terlebih dahulu. Tidak lebih dari
lima kali saya bersyukur atas rupiah yang tidak perlu saya cari untuk
bisa mendapatkan ilmu dari lembaga formal yang saya rasakan dari
kecil hingga sekarang. Tidak lebih dari lima kali saya bersyukur atas
rumah yang menjadi surga sejak saya kecil. Padahal semua itu terlihat
jelas oleh mata dan selalu saya rasakan setiap hari.
Jika
hal yang nyata saja tidak bisa saya syukuri lebih dari lima kali,
bagaimana saya bisa mensyukuri hal yang abstrak (maya) lebih dari
lima kali? Dan bagaimana kita bisa berterima kasih jika kita tidak
bisa mensyukurinya?
Selama
ini yang diberi oleh orang tua kepada saya bukan hanya hal yang nyata
saja. Yang nyata, belum bisa benar-benar saya syukuri. Jadi, kecil
kemungkinan saya benar-benar mensyukuri hal-hal abstrak, seperti
kasih sayang dan pengorbanan, yang selalu mereka berikan untuk saya.
Mungkin saya pernah mengaku bersyukur atas semua itu. Tapi, sungguh
rasanya hanya dibibir saja. Hanya sedikit atau tidak pernah sama
sekali hal itu benar-benar saya rasakan dalam hati. Buktinya, sampai
sekarang saya belum pernah benar-benar berusaha untuk membalas semua
hal itu. Saya hanya mengaku melakukan semua itu untuk orang tua saya,
padahal sebenarnya untuk diri sendiri.
Pikiran berkata,”Saya belajar dengan rajin disini untuk orang tua saya di rumah. Agar saya bisa membahagiakan mereka di hari tuanya.” Tetapi, hati yang lebih jujur berkata,”Ini saya lakukan untuk diri saya sendiri. Agar nanti saya bisa membeli apapun yang saya inginkan. Agar nanti saya hidup dengan nyaman. Agar saya tidak miskin di hari tua saya.”
Di
hari Ibu ini, saya berharap bisa mulai benar-benar mensyukuri segala
nikmat yang telah diberi olehNya. Termasuk atas nikmat kehadiran
orang tua disekitar saya. Aamiin ^_^
0 komentar:
Posting Komentar
Kolom dibawah ini cukup kan untuk menampung kata-kata inspirasimu? ^_^